Warung Makan Ina Sei, Viral di Bima : Buka Tiap Hari Kecuali “Hari Kiamat” Libur (Bagian 1)

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Itulah dua buah baliho yang boleh jadi “magnet” bagi setiap orang yang pernah melintas di depan saung Ina Sei. Dari Kota Bima ke tempat ini, meskipun terasa jauh dapat ditempuh sekitar satu jam, jalan mulus, meskipun ada beberapa bagian yang belum tersiram aspal. Juga ada pendakian tajam. Jalan bertikungan banyak dan menuntut kehati-hatian pengemudi. Hanya terdapat satu jembatan di Jatiwangi, kalau tidak salah, sudah di Kota Bima, yang sedang dibangun permanen. Kendaraan harus melintas di jalan darurat.

Saung makan Ina Sei ini dibuka ketika perempuan yang menikah dengan Gumrih ini belum memiliki anak. Mereka baru memiliki anak setelah 6-7 tahun pasca-menikah. Anak mereka – yang sulung – saat ini sedang kuliah S-3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, setelah sempat mengajar dua tahun dan belum memperoleh rezeki diangkat sebagai pegawai negeri sipil. Ternyata, anak sulungnya inilah yang mendesain baliho yang terpajang di dekat saung Ina Sei.

Yang kedua, sedang mengikuti prorgram S-2 di Universitas Negeri Solo, setelah menamatkan pendidikan S-1 di Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Program Universitas Negeri Mataran (Unram) dan yang terakhir belajar di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta sebuah perguruan tinggi swasta yang berdiri sejak 1965. Si bungsu kini sudah bekerja di Kota Bima dan sudah memiliki rumah sendiri pada salah satu kompleks rumah BTN di Kota Bima.

“Belasan kendaraan datang dan mampir di sini ketika atasannya melaksanakan acara pernikahan di Wera,” ujar Midun, nama kecil Gumri dalam wawancara dengan penulis di rembang petang di saung Ina Sei, 12 Mei 2022.

Midun mengenang, ketika awal membuka saung ini, orang-orang yang mengatur parkir kendaraan dia yang beri upah. Kendaraan parkir gratis. Namun, ada juga yang mengikhlaskan merogoh koceknya untuk juru parkir, meskipun Midun sudah menggratiskan kendaraan yang mampir makan di saungnya. (Bersambung)

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Mengintegrasikan Manajemen Kualitas Jasa dan Strategi Pemasaran dalam Transformasi Digital BSI melalui BYOND

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Denyut Kehidupan di Car Free Day: (11) Irwan dan Roda-Roda Kebahagiaan

Suci Aulia Tenri Ajeng Sastra Indonesia FIB/Magang ‘identitas’ Dari kejauhan, dentuman lagu anak-anak menggema di udara pagi Car Free Day...

Denyut Kehidupan di Car Free Day: (10) Gaung Keadilan di Area Bebas Kendaraan Bermotor

Salah seorang relawan saat melakukan parade di CFD Boulevard, Minggu (12/10). (Foto: IDENTITAS/Aqifah Naylah Alifya Safar). Aqifah Naylah Alifya Safar Prodi...

Denyut Kehidupan di Car Free Day: (9) Jejeran Kukusan Hasil Bumi Uapi Jl. Boulevard

Andi Nadya Tenrisulung Prodi Sastra Jepang FIB/Magang ‘identitas’ Kepulan asap dari dandang, ‘menari’ mengepul menggoda sepasang mata untuk mendekat. Dijajalinya...

Mentan Amran Memupus Mimpi Ekonom Pro-Mafia Pangan, Defiyan Cori?

Oleh: M. Yadi Sofyan Noor, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Tulisan RMOL berjudul “Isapan Jempol Swasembada...