Pada kesempatan itu, Akbar Nur juga menceritakan tentang pengelolaan limbah B3 dan sampah yang ada di lingkungan PT IKI Makassar.
Sampah dari Kapal
Terkait limbah B3 dan sampah tidak boleh sampai terbuang ke laut. Semua di tampung sementara dan nanti akan ada pihak ketiga yang mengangkut Limbah B3 dan petugas kebersihan mengangkut sampah.
“Tentang sampah, sangat banyak sampah dihasilkan dari kapal masuk dok. Contoh KM Sirimau, saat docking beberapa waktu lalu, sampahnya sampai 20 ton. Jadi ini juga menjadi pekerjaan kami untuk membersihkan,” jelas Akbar.
Sementara itu Askari Mukhtar menambahkan, jika di area galangan banyak faktor ancaman dan hambatan.
“Karena sebenarnya di galangan itu, banyak hal-hal yang membahayakan. Kita harus ikuti papan informasi, kalau dilarang, jangan melintas, dan bertindak yang lainnya,” katanya.
Hal yang patut diwaspadai adalah komponen kapal dibuat dari baja, tentu berisiko menginjak potongan besi, serbuk besi rawan di mata, kepala rawan terbentur.
Kemudian alat-alat kelistrikan yang mayoritas dipakai dalam pekerjaan galangan. Tentu ini sangat berisiko jika sampai tersengat listrik. Atau juga gas yang biasa dipakai juga untuk pengelasan tertentu.
“Untuk itu, masuk di galangan harus memakai sepatu safety, pakai helm sebagai pengaman kepala, atau baju rompi. Ini bagian dari alat pelindung diri,” ujar Askari.
Salah seorang taruna bertanya tentang posisi sewage di kapal terkait pencemaran lingkungan laut. Askari mengatakan jika posisi di kapal itu sudah direncakan sejak desain hingga nanti dicek pembangunannya oleh biro klasifikasi kapal (BKI).
“Sewage itu juga sangat penting keberadaannya. Apalagi kapal-kapal penumpang yang mengangkut ribuan orang, tentu wajib ada dan tidak boleh nanti dibuang sembarangan di laut,” jelasnya.
Manager Plat dan Pengelasan Sopyan Chalil menambahkan, dalam kegiatan pemotongan plat dan juga pengelasan di bidangnya, setiap pekerja harus mengikuti prosedur.
“Pada bagian ini, cukup banyak kasus-kasus kecelakaan kerja. Ini tentu harus sesuai SOP pekerjaan. Dan para pekerja juga harus membiasakan dengan budaya K3,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, taruna-taruni berkeliling dari proses pembangunan kapal tug boat yang ada di dok sleep way, proses pengangkatan kapal di sleep way, sistem air bag (balon udara), kegiatan fabrikasi, hingga reparasi kapal Ro-Ro di graving dock atau dok kolam gali.
Mewakili dosen Polimarim, Arif Fuddin Usman sebagai penanggung jawab menyebutkan, jika kuliah lapangan sangat dibutuhkan taruna-taruni. Terutama pengalaman melihat benda-benda yang selama ini hanya dipelajari di bangku kuliah. (arifuddin usman)