Oleh M. Dahlan Abubakar
SEBELUM bergabung dengan armada PT Pelni, Indar Bahadi pernah bekerja di kapal asing. Kalau di Pelni tentu saja ada cuti, sementara di kapal asing nanti dua tahun bekerja baru bisa memperoleh waktu pulang dan bertemu keluarga.
“Kalau gaji sih, besar di luar (kapal asing). Tetapi di sini (kapal Pelni) ada untungnya. Bisa bertemu keluarga. Gaji cukup, bisa bertemu keluarga,” bebernya.
Indar dulu bekerja di New Zealand Orient Line (NZOL) yang mengangkut peti kemas. Trayeknya, Selandia Baru, Australia, Singapura, Jepang, Pada trayek yang dilayari masih terbilang aman, termasuk Amerika Latin, Asia.
“Kalau kita melintas di Samudra Pasifik, seperti apa tantangan perairan yang dihadapi ?,” tanya penulis.
Indar mengisahkan, kalau di Pasifik itu ombaknya besar. Pasifik, frekuensi anginnya sering, ombaknya ‘gede’. Samudera Indonesia, frekuensi angin tidak sesering (Pasifik), tapi ombaknya ‘gede’. Lain lagi dengan Atlantik. Frekuensinya sedang, ombaknya ‘gede’.
“Jadi, pelaut itu harus selalu berdoa agar diberi keselamatan dari Allah SWT,” selanya membawa suasana perbincangan kental dengan nuansa religius.
Indar Bahadi setelah puluhan tahun bersama armada PT Pelni menilai, Indonesia seharusnya berterima kasih kepada Pelni. Pelni harus diberi apresiasi yang tinggi karena Pelni secara politisnya merupakan pertahanan keamanan bangsa menjadikan satu Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi daerah itu tidak luput dari jasa Pelni. Daerah yang dimasuki Pelni berkembang. Yang dulu kecamatan menjadi kabupaten, seperti Nunukan di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Itu karena Pelni yang membuat pertumbuhan ekonominya cepat berkembang.
Buruhnya dapat pekerjaan. Pedagang, dan interaksi dengan wilayah di luar terjadi. Sirkulasi barang bergulir dan cepat. Papua yang dimasuki Pelni, seperti Agats yang dulu kampung, kini sudah bagus. Merauke pun dulu kayak apa ? Termasuk Sorong yang juga dimasuki kapal-kapal Pelni kini berkembang pesat.
Indar mengeluhkan adanya ‘stakeholder’ yang kurang membantu. “Kadang-kadang tidak membantu kita (Pelni). Tidak dikasih fasilitas. Terkadang tidak dibantu. Padahal, seharusnya dibantu. Kita ini untuk negara, Mari, Pak,” ujarnya di sela oleh kemunculan anak buah kapal (ABK) yang menawarkan empat kerat roti yang tersusun cantik di atas piring kecil.
Begitu pun dengan pulau di dekat Natuna yang semula tidak berpenduduk, dimasuki Pelni mulai ada penduduk. Ada guru dan sebagainya. Kini malah diklaim lagi oleh negara lain (Malaysia dan Tiongkok).
“Pelni ini perannya besar sekali terhadap bangsa ini. Ekonomi wilayah dapat berkembang. Distribusi barang, beras, terutama makanan, sehingga orang-orang di sana tidak kelaparan. Bayangkan, kalau pakai swasta, jatuhnya mahal,” tutur Indar.
Mestinya, katanya lagi, negara harus menyubsidi Pelni. Kalau tidak disubsidi ini akan membuat pertahanan negara secara teritorial akan terganggu dari segi ekonomi. Bayangkan saja kalau kapal Pelni terlambat tiba di suatu daerah membawa bahan kebutuhan rakyat di sana ? Kalau Pelni tidak jalan, ekonomi goyang. Harga-harga jadi mahal.
PT Pelni saat memiliki 26 kapal penumpang yang memang mengarungi di seluruh kepulauan. Kapal-kapal itu menyinggahi 96 pelabuhan untuk kapal penumpang. Sebanyak 46 kapal perintis menyinggahi 301 pelabuhan. Terus ada 6 kapal ternak, itu juga bagian dari tol laut. Semua kalau terkonektivitas itu suatu rangkaian tol laut.