Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Era modern tampaknya memberi peluang baru bagi umat Islam untuk memperluas cakrawala dan menjadi kreatif kembali. Muhammad Iqbal, misalnya, sepenuhnya menyadari beberapa segi kekuatan dan kelemahan tradisi keilmuan Islam klasik, dan pribadinya sendiri menggambarkan suatu bentuk paduan baru yang amat menarik.
Selain sebagai seorang esoteris yang menggubah puisi-puisi kesufian, Iqbal juga seorang pemikir dengan pandangan kemodernan dan keilmuan. Iqbal menyatakan, zaman modern merupakan zaman kelanjutan langsung zaman Islam.
Iqbal juga merupakan penggagum Ibn Taimiyah dan Al- Biruni, yang baginya kedua orang tersebut adalah pengagum empirisisme ilmiah. Iqbal menyatakan bahwa pada dasarnya Islam, dengan kosmologinya yang dinamis, tidak bisa menerima helenisme.