Dwi Purnama Soiswaty mengatakan, teknik multimedia ini menggunakan sistem audio-video yang memberi kesempatan kepada anak didik dapat mendengar dan memahami bacaan 1 s/d 3 ayat dalam waktu tertentu. Bacaan dan video ini dapat distel oleh guru sebanyak 3 kali, kemudian anak-anak diberi kesempatan mengulangnya.
“Dulu sistem talaki (belajar langsung dan bertemu muka dengan guru atau pengajar) dengan cara guru yang membaca, murid mendengarkan. Namun cara ini dapat membuat anak-anak jenuh dan perkembangannya lambat. Progresnya bisa sampai 2 bulan baru mampu menghafal 1 surat. Namun dengan sistem multimedia ini, progresnya bisa lebih cepat di bawah satu bulan,” ujar Dwi Purnama Soiswaty.
Dia mengemukakan, teknik multimedia ini sudah dilengkapi dengan menerbitkan administrasi pengelolaannya, antara lain berupa absen guru dan murid, target yang harus dicapai. Jadi mirip sebuah rapor, sehingga akan diketahui bagaimana perkembangan anak-anak dapat menghafal. Anak-anak membawa pulang rapor sebagai laporan kepada orang tua mereka.
“Juga disediakan hadiah sebagai motivasi kepada anak-anak,” kunci Dwi Purnama Soiswaty. (MDA)