Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi staf pribadi Ali Sadikin dan sempat mondar-mandir di Istana Presiden. Tahun 1977, Ali Sadikin pensiun, tetapi Sahban enggan kembali ke kesatuannya di Angkatan Laut, karena mantan anak buahnya sudah banyak lebih tinggi pangkatnya dari dirinya.
Sahban memilih tetap dikaryakan dan menduduki beberapa jabatan struktural di Pemda DKI Jakarta hingga pensiun pada 17 Agustus 1995.
Selama dikaryakan di Pemda DKI Jakarta, Sahban melanjutkan kuliahnya yang terputus di IKIP Malang akibat peristiwa G-30.S-PKI. Ia memilih lanjut di IKIP Muhammadiyah Jakarta, dan kemudian lanjut ke program magister (S2) di Sekolah Tinggi Manajemen (STIMA) IMMI Jakarta.
Setelah pensiun, ia kemudian diangkat menjadi Manajer Personalia PT Betamix Jakarta di bawah pimpinan Prof Dr Ir Bun Yamin Ramto.
Dirikan Kampus
Atas anjuran beberapa koleganya, antara lain Mendiknas Prof Wardiman, Sahban kemudian memutuskan kembali ke Makassar dengan membuka usaha bisnis gedung serba guna Lasharan Garden Jaya dan mendirikan perguruan tinggi swasta (PTS).
PTS yang didirikannya yaitu Akademi Manajemen Perdagangan (Amdag) pada tahun 1998, yang kemudian ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Lasharan Jaya (STIM-Lash Jaya) pada Juli 2001.
Di STIM-Lash Jaya, Sahban yang anak kedua dari Sembilan bersaudara, menerapkan disiplin semi-militer tetapi mendidik mahasiswa menjadi orang yang berjiwa entrepreneurship.
Raih Doktor di Usia 72 Tahun
Meskipun sudah tua dan semua anaknya telah cukup berhasil, Sahban rupanya belum mau pensiun atau berhenti beraktivitas. Tidak tanggung-tanggung, ia malah “nekad” melanjutkan kuliah pada program doktoral (S3) di Universitas Negeri Jakarta.
Ia kemudian berhasil menyelesaikan kuliahnya dan meraih gelar doktor pada 2009, dengan mengusung disertasi berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Periode 2003-2010.”
Itu berarti, Sahban meraih gelar doktor dalam usia 72 tahun. Sungguh suatu pencapaian yang luar biasa, karena amat sangat langka ada orang yang meraih gelar doktor di usia leih dari 70 tahun.
“Saya kuliah sekaligus untuk memotivasi anak-anak saya. Mereka saya minta terus-menerus belajar dan meraih pendidikan setinggi-tingginya, karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu,” tutur Sahban.
Selamat jalan Pak Sahban Liba. Engkau telah memberikan pelajaran yang sangat berharga dan juga meninggalkan perguruan tinggi yang insya Allah telah dan akan terus menerus mencetak sarjana, magister, dan doktor.
Engkau memberikan pelajaran bahwa kita harus punya tujuan hidup. Bahwa untuk mencapai tujuan, kita harus berjuang tanpa kenal menyerah. Bahwa setelah sukses, kita juga harus berbagi untuk kebaikan orang banyak. Semoga surga tempatmu. Amin. (*)