“Kemudian tahun 2023 di Kabupaten Manggarai Barat di Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) dan tahun 2024 di Mandalika Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),” paparnya kepada media ini siang tadi, Selasa 29 Nopember 2022 sekitar pukul 12.45 Wita.
Marhanani menaruh harapan besar pada penelitian ini bahwa diakhir riset tahun ketiga pada 2024, akan dapat melahirkan rekomendasi terkait Sustainable Tourism sebagai faktor penunjang green economy seiring tuntutan Pentahelix atau pelibatan semua stakeholder sehingga akan menjadi round model atau blue print bagi wisata yang berkelanjutan.
Sementara itu, Syahruddin Yasen selaku anggota tim kepada media ini menambahkan, Riset ini adalah merupakan riset yang cukup menantang sebab selain harus menempuh batas-batas medan wilayah di tiga propinsi yang berbeda juga materi risetnya sangat luas karena menyangkut ekonomi hotel, enviroment dan human capital.
“Tuntutan riset diseluruh dunia saat sekarang ini adalah adaptasi muatan hasil riset dalam konteks pentahelix yakni pelibatan seluruh stakeholder. Artinya output riset harus merepresentasikan muatan dan input dari stakeholder,” tandas dosen Pascasarjana ITB Nobel ini.
Menurut Syahruddin Yasen, tim ini telah melakukan pertemuan dengan berbagai stakeholder seperti Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Badung, Pimpinan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) di Nusa Dua Bali, Pimpinan Desa Adat dan Persatuan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) di Propinsi Bali. (M. Daeng Siudjung Nyulle)