PEDOMAN RAKYAT- BONTOSUNGGU. Sulit diterima akal sehat, cuma itu yang tepat dibahasakan, menanggapi pemangkasan pohon Flamboyan berbunga merah lebat di Bontotangnga, Tamalatea (Jeneponto), hanya untuk kepentingan alat peraga kampanye (APK) seorang caleg DPR RI. Diangkat pertama kali oleh Info Jeneponto, peristiwa pemangkasan ini viral di jagat maya. Ramai netizen ribut menyayangkan, marah, bahkan memaki ala umpatan Makassar.
Kemarahan netizen, terlebih warga setempat beralasan. Flamboyan yang dirimbuni bunga merah itu, yang menjadi perhatian istimewa siapapun yang melewatinya, bahkan tak sedikit yang turun berfoto karena pesonanya yang instagramable, dipangkas oleh Dinas Lingkungan Hidup atas persetujuan Bapenda Jeneponto, pada Kamis (11/01/24), dinas yang seharusnya melindungi pohon tersebut.
Tumbuh subur tak jauh dari makam Keluarga Djalle, pemangkasan dilakukan pada pukul 17.00 oleh enam petugas lapangan. Tidak ada konfirmasi sebelumnya ke warga setempat. Subair Sirua, tokoh pemuda sekaligus penanam flamboyan bergegas ke lokasi, namun terlambat. Bunga merah Flamboyan sudah pindah, berserakan di tanah dan jalan raya. Para pemuda Bontotangnga berdatangan ke lokasi. Tak sedikit dari mereka yang meneteskan air mata. Tak beranjak dari lokasi hingga larut malam, mereka melakukan tabur bunga di tengah poros jalan “memperingati kebodohan sekaligus kematian nurani, etika dan estetika pemerintah” setempat. Mereka bersumpah dan berseru untuk tidak memilih caleg yang terpasang di baliho tersebut.
“Saya tidak habis pikir, orang di luar justru lebih menghargai keindahan Flamboyan itu daripada pemerintah kita sendiri,” ungkap Subair kecewa. Dihubungi via hape, pemuda yang sering disapa Ta’le ini berkisah sekira enam tahun lalu, saat dirinya bersama pemuda Bontotangnga dalam komunitas “Sahabat Pohon”, melakukan pembibitan dan penanaman pohon Flamboyan di spot-spot strategis sepanjang jalan Tamalatea. Mereka bertekad menjadikan Bontotangnga kota Flamboyan.
Alasan Ta’le memilih Flamboyan tepat. Flamboyan sangat cocok dengan iklim panas Jeneponto. “Iklim yang panas menyengat, Jeneponto sangat baik ditumbuhi Flamboyan. Semakin terik matahari, semakin merah menyala bunga Flamboyan bermekaran,” jelas Ta’le mengenang enam tahun yang lalu saat mulai menanam.
Saat proses menanam dan memelihara ribuan pohon Flamboyan, tak sedikit warga yang menganggap Ta’le sudah gila, mau berpayah-payah menyiapkan waktu dan tenaga, tekun menyiram pepohonan di panasnya kemarau. Ta’le melakukannya dengan sabar dan penuh cinta. Hasilnya? Sebagaimana alam, flamboyan tak pernah mengkhianati orang yang mencintainya. Tumbuh subur dan mengeluarkan pesona bunga merahnya di saat panas menyengat Jeneponto, persis yang dibayangkan dan diharapkan Ta’le. Bukti cinta yang dibabat begitu saja oleh institusi pemerintah yang mestinya memelihara dan melindunginya.
Sejak mula menanam, Ta’le sudah menghimbau pada Bupati Jeneponto Iksan Iskandar untuk membuat perda “Gerakan Flamboyan”.