Merayakan Jejak Kejayaan Islam di Palermo, Sisilia. (3-Habis) : Palermo Capai Keemasan Saat Dinas Arab

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh Musdah Mulia

Tidak banyak orang tahu, sekalipun orang Islam, bahwa Sisilia pernah menjadi wilayah kekuasaan Islam. Hal itu terlihat antara lain dari bangunan-bangunan megah yang sekarang menjadi ikon pulau tersebut yang sejatinya merupakan sisa-sisa peninggalan peradaban Islam. Di antaranya adalah Palazzo Dei Normann yang dulunya merupakan istana para emir Arab, Gereja San Giovanni Degli Eremiti yang dulunya merupakan masjid. Lalu, ada Katederal Lucera yang dahulunya juga masjid.

Philip K. Hitti dalam bukunya The History of Arabs menyebutkan bahwa Ibnu Hawqal, seorang saudagar muslim menceritakan kehebatan kota Palermo. Menurutnya, kota itu memiliki istana yang sangat indah di pusat kota yang berdampingan dengan masjid besar yang juga tak kalah indahnya. Masjid itu dulunya bekas Katedral Romawi. Sebelum jatuh ke tangan kekuasaan Islam, Palermo pernah berada dalam kekuasaan Byzantium (nama lain untuk Kekaisaran Romawi Timur). Saat dikuasai orang-orang Byzantium itulah pada 652 Palermo diserang oleh tentara Islam di bawah pimpinan Muawiyah bin Abu Sofyan (602-680 M), khalifah pertama Dinasti Umayyah.

Islam semakin menguatkan posisinya ke Italia abad kesembilan dan lebih intensif lagi ketika Dinasti Aghlabiyah berkuasa di sana. Di bawah pemerintahan Ziyadatullah I bin Ibrahim, Sisilia berhasil ditaklukkan sepenuhnya. Pada 827 terjadi pemberontakan orang-orang Sisilia terhadap Gubernur Byzantium yang berkuasa. Karena merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan militer penguasa, para pemberontak pimpinan Euphemius itu memohon bantuan militer kepada Ziyadatullah I (817-838), pemimpin pasukan Dinasti Aglabiyah, nama lain Tunisia yang saat itu menjadi bagian dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Gayung pun bersambut.

Tak lama setelah Euphemius mengirimkan surat permohonan bantuan militer, penguasa Aglabiyah memerintahkan seorang panglima seniornya bernama Qadhi-Wazir ke Sisilia. Sisilia pun takluk kepada pasukan Arab pada 831. Di bawah kekuasaan Arab inilah Sisilia menjadi wilayah yang sejahtera. Para penduduk asli diberikan kebebasan memeluk agama. Syaratnya hanya satu, yakni mereka harus membayar jizyah (pajak kepala). Di era itu, orang-orang Aglabiyah memang tidak menjadikan Palermo sebagai kota utama. Mereka lebih memilih Siracusa sebagai ibu kota Sicilia. Namun, Palermo tetap dibangun dan diperindah. Pasca penaklukan tersebut, Islam berhasil menguasai hampir seluruh wilayah di Italia. Sejak berada dalam kekuasaan Islam, Palermo adalah kota penting di Sisilia dan menjelma menjadi salah satu pusat peradaban Islam di Eropa setelah Cordoba di Spanyol.

Baca juga :  Bangunan Tanpa Parkir Picu Masalah Lalu Lintas, Polda Sulsel Turun Tangan di Wajo

Selama beberapa abad Islam menguasai Palermo dengan meninggalkan banyak jejak, antara lain dalam bentuk bangunan masjid. Kentalnya nuansa Islam menjadikan wilayah ini lekat dengan julukan “Kota 300 Masjid”. Sebutan itu disematkan karena di kota itu banyak terdapat gereja yang dahulunya adalah masjid yang kemudian berubah fungsi setelah transisi kekuasaan berpindah ke tangan penguasa Normandia.

Tercatat dalam sejarah bahwa pada 1071 Palermo ditaklukkan oleh orang-orang Normandia. Kendati berhasil menghancurkan kekuasaan orang-orang Arab Islam, orang-orang Normandia mengadopsi kepintaran orang-orang Arab. Alih-alih menghancurkan dan mengusir orang-orang Arab, salah satu raja mereka yang bernama Roger I malah meniru sepenuhnya pembangunan militernya dari orang-orang Arab.

Roger I pun mengikuti kebijakan penguasa Arab sebelumnya, membebaskan orang-orang non-Kristen untuk memeluk keyakinannya dan melindungi para cendekiawan Arab, filosof, dokter dari Timur, astrolog, dan sastrawan. Bahkan upaya penerjemahan referensi-referensi Arab berlangsung gencar. Salah satunya penerjemahan buku berharga berjudul Almagest oleh seorang lokal bernama Eugene pada 1160.

Kota Palermo mencapai zaman keemasan ketika berada dalam kekuasaan Dinasti Arab pada 831-1071. Selama dua abad berkuasa, kaum muslim menjadikan kota ini sebagai salah satu wilayah termakmur di Eropa. Di sini, mereka memperkenalkan sistem admi¬nistrasi pemerintahan yang lebih tertata dan teknologi pertanian yang maju. Tak hanya itu, Palermo juga dibangun dan diperindah, hingga keindahannya disebut-sebut hanya bisa ditandingi oleh Cordoba di Spanyol dan Kairo di Mesir.

Selain kotanya yang indah, para penduduk Palermo juga dikenal sangat mengutamakan mode. Cara berpakaian ma¬sya¬¬rakatnya beragam, mulai dari pakaian jubah, turban, hingga berpakaian setengah terbuka. Palermo juga menjadi kota internasional yang berisi manusia-manusia dari berbagai bangsa.

Bidang pendidikan pun tak kalah maju dengan Baghdad dan Cordoba. Di Palermo ada Universitas Balerm, salah satu universitas tertua di dunia. Pamornya hanya kalah bersaing dari Universitas Cordoba di Spanyol yang juga dikuasai oleh para ilmuwan muslim. Dalam percakapan sehari-hari, orang-orang Palermo menggunakan tiga bahasa: Yunani, Arab, dan Latin. Tak aneh jika saat itu upaya-upaya penerjemahan buku-buku khazanah Yunani ke bahasa Arab dan Latin berlangsung gencar.

Baca juga :  Pemkab Pinrang Serahkan Bantuan Kepada Warga Rentan

Sisilia, khususnya Palermo, tetap menjadi primadona pengetahuan selama ratusan tahun hingga pada sekira 1800-an kota yang cantik itu jatuh ke tangan para mafioso. Sejak itulah, pusat ilmu pengetahuan di Eropa tersebut berubah menjadi sentra bisnis hitam, seperti narkoba dan penjualan orang (trafficking).

Hasil pengamatan saya saat mengelilingi Palermo, melihat begitu banyak bangunan bersejarah dan gereja yang memiliki pengaruh gaya arsitektur Islam, saya merasa yakin Palermo lebih mirip Baghdad atau Da¬maskus ketimbang kota-kota di Eropa.

Saya menyaksikan sendiri betapa nuansa Islam sangat kasat mata terlihat dalam bangunan Palatine Chapel atau Capella Palatina, sebuah kapel (gereja kecil) yang terdapat di Istana Palazzo Reale di Palermo. Kapel ini dibagun pada 1132. Arsitekturnya merupakan perpaduan antara gaya Byzantium dan Arab. Pada 1148, seorang musafir Arab mengunjungi gereja ini dan menyanjungnya dengan sebutan monumen terindah di dunia. Uniknya, ini mungkin satu-satunya gereja yang memiliki kaligrafi Arab sebagai dekorasinya. Bahkan, pada salah satu tiangnya, terdapat kaligrafi yang bertuliskan ayat Alquran. Capella Palatina juga merupakan satu-satunya gereja yang memiliki muqarnas pada langit-langitnya. Muqarnas adalah hiasan berbentuk sarang lebah yang selama ini hanya ada pada arsitektur Islam. Keunikan gereja ini ada pada langit-langitnya yang memiliki simbol bintang bersegi delapan khas dekorasi Islam.

Bangunan gereja berasitektur Islam berikutnya adalah gereja Martorana. Gereja bernama asli Santa Maria Dell’ammi¬raglio ini berada di Piazza Bellini, Palermo. Mulai dibangun pada 1143, gereja ini memiliki gaya arsitektur campuran antara Yunani dan Arab, tapi gaya Arabnya lebih menonjol. Tak hanya gereja, bangunan museum di kota ini juga memiliki gaya arsitektur unik. Salah sa¬tunya ialah The Zisa Museum. Museum yang bertempat di Castel¬lo Della Zisa yang terlihat indah ini menjadi saksi budaya Arab di Sisilia. Museum yang dibangun pada 1160 ini dahulunya merupakan rumah tempat tinggal para raja Palermo saat berburu.

Baca juga :  Ketum IKA Unhas Andi Amran Sulaiman dan Ketua IKA UMI Sultra Ruksamin Nostalgia Masa Muda

Tidak heran jika Palermo dewasa ini menjadi rumah bagi puluhan ribu imigran, kebanyakan berasal dari negara-negara mayoritas muslim seperti Tunisia, Maroko, Bangladesh, dan Pakistan. Kehadiran imigran yang banyak di kota ini menjadi simbol multikulturalisme dan integrasi yang terus-menerus dibangun masyarakat Palermo. Masyarakat Islam yang berasal dari berbagai negara dan budaya harus membangun commond ground yang memungkinkan mereka hidup rukun dan damai.

Patrizia Spallino, profesor bahasa Arab dan direktur di Kantor Studi Abad Pertengahan di Palermo, menjelaskan bahwa bahasa Arab Tunisia pernah digunakan di Sisilia lebih dari 1.000 tahun lamanya dan bekasnya masih terdengar jelas dalam dialek Sisilia melalui berbagai nama tempat dan kosakata sehari-hari. Nama lingkungan pelabuhan Marsala di Palermo misalnya berasal dari bahasa Arab. Pengaruh ini juga dapat dilihat dalam kata-kata umum Sisilia seperti meskeen, dari bahasa Arab “miskin” yang berarti seseorang yang miskin atau tidak memiliki harta. Meskipun pengaruh Arab ini jelas bagi seseorang yang mempelajari bahasa dan mengetahui sejarah, Spallino menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk tidak lagi menyadari adanya pengaruh bahasa Arab tersebut.

Selain itu, pengaruh Arab Islam juga terlihat pada keramahan Mediterania orang-orang Sisilia. Sikap penduduknya yang ramah ini sebetulnya sudah dimulai sejak tradisi Yunani, lalu berlanjut dengan tradisi Arab dan kemudian Byzantium. Di negara-negara Arab, jamuan minum teh merupakan hal yang sangat umum dan ini menjadi tradisi Sisilia sampai sekarang. Kapan pun kita bertamu ke rumah orang-orang Sisilia, kita akan dijamu dengan minumah teh hangat. Tradisi tersebut tidak ditemukan di kota-kota lain di Italia.

Saya merasakan betul perbedaan antara orang-orang Italia di Palermo dan orang-orang Italia yang tinggal di Roma. Meskipun mereka satu bangsa, kehangatan dan keramahan orang-orang Palermo terasa sangat menonjol dan itu membuat saya merasa nyaman, seolah sedang mengunjungi sanak keluarga sendiri. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Majelis Tahsin Anak Modul Mengikuti Acara Milad Syech Yusuf Al-Makassari Al-Bantani

PEDOMAN RAKYAT - MAKASSAR. Majelis Tahsin Anak Modul dari Masjid PPSP Gontang Makassar berpartisipasi dalam acara Persaudaraan Cinta...

Gubernur Sulawesi Utara Membuka Penerbangan Perdana Manado-Toraja

PEDOMANRAKYAT, TORAJA - Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) memulai penerbangan perdana rute Manado-Toraja menggunakan maskapai Wings Air. Gubernur Sulut...

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Beri Apresiasi Pengiriman Beras Kementan RI untuk Palestina

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), melalui Bidang Buruh, Tani, dan Nelayan, menyampaikan...

Indonesia Berikan Bantuan 10.000 Ton Beras untuk Palestina, Mentan Amran: Ini Bentuk Solidaritas Nyata

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA — Pemerintah Indonesia menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa 10.000 ton beras kepada Palestina. Bantuan ini diserahkan langsung...