PEDOMANRAKYAT, ENREKANG - Pj Bupati Enrekang, Dr. H. Baba, secara resmi membuka Festival Budaya Kaluppini 2024 yang diselenggarakan oleh Ikatan Pelajar Mahasiswa Kaluppini (IPMK) periode 2024-2025, pada Kamis (29/08/2024). Festival ini mengusung tema yang sarat makna, "Siduppa Mata, Siduppa Ati, Sikita Pattuju, Soweanni To Pakean Tojolo." Tema tersebut menggambarkan filosofi yang mendalam dan menjadi pedoman bagi pemangku adat serta seluruh masyarakat Kaluppini dalam melestarikan tradisi dan budaya leluhur.
Dalam penjelasannya, pemangku adat Abd Halim, yang biasa disebut Pu Imam, menguraikan makna dari tema tersebut. "Siduppa Ati" mengandung pesan untuk mempraktikkan semangat kebersamaan tanpa adanya sekat pemisah, serta menciptakan komunikasi yang inklusif di antara sesama manusia. Sementara itu, "Sikita Pattuju" merepresentasikan semangat gotong royong untuk mencapai tujuan bersama, serta memperteguh nilai-nilai kebaikan yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Sebelum acara pembukaan, digelar berbagai pertunjukan seni yang menampilkan kekayaan budaya masyarakat Kaluppini. Panggung seni diisi oleh berbagai kegiatan seperti tari kreasi lokal, drama pendek dan panjang, serta berbagai seni tradisional lainnya seperti Makkelong, Manca, Masisemba, Mapau Nene, Makkarume, Manganjing, Mappadendang, Suling, Kacapi, musikalisasi puisi, Makkarumbing, dan live painting. Setiap pertunjukan tersebut mengandung nilai-nilai intelektual dan budaya yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat adat.
Selain pertunjukan seni, festival ini juga dimeriahkan dengan pawai budaya yang menampilkan iring-iringan peserta berpakaian adat, menampilkan busana dan aktivitas keseharian masyarakat Kaluppini. Ibu-ibu dan pemuda mengenakan kebaya tradisional sambil membawa kampilo dan roko, yang merupakan anyaman dari hasil pertanian setempat. Para bapak-bapak membawa alat-alat bertani seperti cangkul dan parang, sementara para pemuda mengenakan kostum berburu lengkap dengan tombak. Anak-anak laki-laki pun ikut meramaikan pawai dengan sarung dan passapu, serta membawa permainan tradisional.
Festival ini juga menghadirkan pameran yang mengarsipkan benda-benda bersejarah agar bisa kembali disaksikan oleh generasi sekarang dalam bentuk fisik. Di antaranya adalah makanan dan kue tradisional seperti bassang, umbi-umbian, cucur, sinole, onde-onde, le'pa, dan putu bettawe. Tak hanya itu, peralatan hidup tradisional seperti alat-alat pertanian, peralatan dapur, serta permainan tradisional seperti mabaraccung, gasing, piri-piri, jengka, dan bicco juga dipamerkan di festival ini.
Puncak dari festival ini adalah kegiatan "Mettoto," sebuah tradisi kebudayaan sebagai ungkapan rasa syukur yang dilakukan dengan berkumpul dan makan bersama menggunakan daun jati, atau yang disebut dengan "maballa." Tradisi ini melibatkan semua lapisan masyarakat, tanpa memandang derajat atau status sosial, duduk bersama dan menikmati makanan dengan tangan. Enam desa yang tergabung dalam tradisi ini adalah Desa Kaluppini, Lembang, Ranga, Tokkonan, Rosoan, dan To Balu.
Dalam kesempatan tersebut, Pj Bupati Enrekang H. Baba mengajak seluruh hadirin dan masyarakat adat untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan. Beliau juga menekankan pentingnya mendukung dan melestarikan budaya-budaya lokal. "Kegiatan seperti ini harus kita dukung sepenuhnya, termasuk oleh pemerintah, untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah warisan luar biasa dari leluhur yang harus kita jaga," ujar H. Baba.
Lebih lanjut, H. Baba menyampaikan harapannya agar Festival Budaya Kaluppini ini bisa menjadi acara tahunan yang masuk dalam kalender event Kabupaten Enrekang. Beliau juga menegaskan pentingnya melestarikan budaya di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih. "Budaya kita adalah peninggalan nenek moyang yang harus kita lestarikan. Di era teknologi canggih seperti sekarang, siapa lagi yang akan melestarikan budaya kita kalau bukan kita sebagai anak cucu mereka?" pungkasnya.
Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, Festival Budaya Kaluppini 2024 menjadi wujud nyata dari upaya melestarikan dan mengenalkan kekayaan budaya kepada generasi muda, sekaligus menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi di antara masyarakat Kaluppini. (syafar)