PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR.- Dari beberapa kejadian bencana yang terjadi di Regional Sulawesi secara sederhana dapat disimpulkan penyebabnya karena konisi alam dan pengelolaan yang kurang tepat dari pengembangan wilayah. Dua Hal tersebut selalu mengiringi terjadinya bencana geologi maupun geomorfologi.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum BKPRS Pro.(HC),DR(HC) Olly Dondokambey,S.E. yang diwakili oleh Direktur Administrasi dan Keuangan BKPRS, Ir.Martinus Maganti ketika membuka Seminar Perencanaan Tata Kota Berbasis Mitigasi Bencana di Regional Sulawesi yang dilaksanakan di Hotel Horison Makassar, 22 November 2024.
Pada seminar yang dihadiri sejumlah instansi terkait di wilayah Sulawesi tersebut, Olly Dondokambey yang juga Gubernur Sulawesi Utara itu menegaskan bahwa Pulau Sulawesi sangat rawan akan terjadinya bencana,salah satu diantaranya gempa bumi. Hal ini disebabkan bertemunya tiga lempeng tektonik,yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Filipina, Dan Lempeng Indo-australia.
Dikatakan, beberapa sesar atau patahan yang ada di Sulawesi, seperti sesar Gorontalo, Amurang, Bolaang Mongondow, Airmadidi, dan sesar Walanae, juga turut berkontribusi pada rawannya bencana gempa bumi di Sulawesi.
Karena kondisi tersebut, Olly menegaskan bahwa betapa pentingnya mintigasi bencana dilakukan dan kesiapsiagaan kitas menghadapinya. Mitgasi meliputi Literasi, sosialisasi, hingga menjadikan data kegempaan bagian dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah.
"Bisa dikatakan,mitigasi bencana adalah kunci dalam menjaga keamanan, kesejahteraan, dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana,"ungkapnya. Artinya, mitigasi bencana memerlukan tindakan proaktif untuk mengurangi dampak negatif bencana, tambahnya.
Ditegaskan Olly bahwa upaya mitigasi bencana perlu juga didukung Pengelolaan Tata Ruang Wilayah yang baik dan sesuai peruntukan. Dalam kaitan dengan salah satu penyebab bencana, yaitu karena pengelolaan yang kurang tepat dari pengembangan wilayah, maka penertiban tata ruuang wilayah menjadi sangat penting dilakukan.
Pada wilayah dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi, maka pengelolaan wilayahnya harus lebih ditingkatkan. Jika potensi bencana tergolong tiinggi namun pengelolaan kurang maka risiko bencana dikhawatirkan malahan makin meningkat.
Sementara itu Prof.Dr.Eng.Adi Maulana,ST.,M.Phil yang juga Wakil Rektor IV Universitas Hasanuddin (Unhas) yang tampil sebagai pemateri menjelaskan bahwa kondisi geologi di wilayah Sulawesi sangat rawan bencana.
Guru Besar Teknik Geologi Fakultas Teknik Unhas menyebut bahwa bencana yang terjadi selama ini menujukkan kondisi geologi Sulawei sangat aktif secara seismik akibat interaksi dari tiga lempengan besar. Dia menyebut hampir semua wilayah di Sulawesi menunjukkan rawan bencana baik itu gempa bumi, banjir dan tanah longsor. Dan hal itu tidak bisa dihindari, suatu saat pasti terjadi.
"Karena itu sangat penting bagi kita untuk mengantipasinya agar dampak dari bencana tersebut bisa diminimalisir," ungkapnya. Salah satu upaya terbaik yang kita lakukan sekarang adalah mitigasi kebencanaan, tambahnya.
Sementara itu Zainuddin,SE,MM Kepala Bidang Rehabilitasi Dan Rekonstruksi BPBD Sulsel juga tampil sebagai pemateri pada seminar ini menegaskan pentinya manajemen resiko bencana. Baik pada saat pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Para peserta seminar yang digagas oleh BKPRS ini mengharapkan seminar ini tetap dilanjutkan dengan melibatkan lebih pihak terkait dan bisa melahirkan rekomendasi penting untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah. (*)