Petualangan Spiritual Tak Berujung SyahriarTato

Bagikan:

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Menurut Syafruddin Mukhtamar, sastra merupakan salah satu wadah untuk mendapatkan kebahagian jiwa, meskipun kita tidak tahu mengaitkannya dengan sastra apa. Namun melalui karya ini ada relasi mahluk dengan Tuhan Yang Maha Besar. Kalau sastra sufi adalah seseorang yang orientasinya untuk mencintai-Nya.

Namun sang penyair memiliki hasrat yang kuat untuk mendekati-Nya (melalui karyanya).

Dia mengatakan, di dalam puisi itu pengejaran terhadap Tuhan itu berhenti pada “tapak”. Kata “tapak” ini tidak dapat dimaknai secara leksikal karena berkaitan dan mengandung makna yang transendental. Penyair pada awal karyanya menyebut dirinya sebagai ;debu’ dan tidak ada pilihan harus datang dan bersujud dalam posisi menghambakan diri pada-Nya. Pembukaan dan penutupan puisi ini, kata Syafruddin Mukhtamar, bisa merefleksikan suatu perjalanan seorang penyair itu tidak dengan keangkutannya.

“Ini yang luar biasa, penulis seperti bersimpuh di depan nama-nama (Asmaul Husna) itu,” kata Syafruddin Mukhtamar.

Menyela acara, setelah Syafruddin Mukhtamar menyampaikan catatannya, Kepala SMP Muhammadiyah 4 Makassar, Andi Marliah mengubah suasana dengan pembacaan puisi yang juga sangat memesona para undangan yang terdiri atas para sastrawan, penulis, dan jurnalis di lantai II Memori RR tersebut di tengah hujan lebat mengguyur kota Makassar.

Mardi Adi Armin menilai, Syahriar Tato adalah sosok multitalenta. Dia tidak saja sebagai seorang penyair, tetapi juga seorang intelektual, aktor/pemain film, sarjana dengan banyak gelar. Di dalam puisinya ini, ada dua bagian, tetapi sebenarnya hanya satu, yaitu tentang cinta.

Yang pertama adalah cinta yang bersifat transenden, cinta kepada Pencipra, cinta kepada Tuhan. Yang kedua, adalah cinta yang perasaan biasa, cinta manusia kepada manusia yang lainnya.

Puisi Syahriar Tato lahir dari banyak lokasi. Ada di Tanah Suci, di pesawat, mobil, dan kereta, sebagaimana diakuinya. Di Tanah Suci itu tergambar dengan adanya kata-kata onta, zamzam, dan khususnya lokus, tempat puisi ini diciptakan. Hanya saja, di bagian akhir puisi-puisi ini tidak tergambar lokus secara konkret, seperti di negara tertentu, di pesawat, kereta, dan atau mobil dengan waktu puisi diciptakan. Jika disertai dengan catatan tempat dan waktu, tentu pembaca dapat mengaitkan konteksnya dengan lebih konkret lagi.

Baca juga :  Laksanakan Patroli di Wilayah Rawan, Personel Polsek Tallo Amankan Penjual Miras Tradisional Jenis Ballo'

Menurut Mardi, penyair seperti kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan isi hatinya. Karena selain berulang, juga cenderung bahasanya itu spekulatif karena sangat metafisis dan kerap tidak bermakna. Penyair kesulitan menemukan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan hatinya. Dia berulangkali menyampaikan kebesaran Allah dalam puisinya.

Usai Mardi Adi Armin menyampaikan catatannya, Rosmawati, mantan wartawati “Pedoman Rakyat” tampil membacakan puisi,yang ikut menyemarakkan suasana diskusi buku yang tuntas menjelang magrib.

Jika membaca puisi ini dapat menyimpulkan apa yang tersurat itu merupakan petualangan spiritual penyair yang tidak berujung. Dia terus mengejar…mengejar tapak Allah, dan akan pernah mampu dicapainya.

Pada episode kedua puisi Syahriar Tato ini terdapat 74 karya puisi. Sebagaimana diakuinya, puisi-puisi ini terinspirasi dari lawatannya ke berbagai negara, seperti Australia, New Zealand, Jepang, Thailand, Mekkah, Madinah, China, Hong Kong, Turki, dan Korea Selatan.

Pria yang ketika menjadi birokrat ini pernah menjabat Plt Kadis Tata Ruang Sulsel ini termasuk figur haus belajar. Setelah meraih Sarjana Administrasi Negara (1982), dia pun menggaet gelar Sarjana Teknik Sipil (1990), Master Sains di Unhas (1992), Doktor Ilmu-Ilmu Teknik (2004), Sarjana Hukum (2009), Magister Hukum (2010), Magister Manajemen (2012), dan sementara kuliah di Institut Kesenian Makassar. Karyanya bertebaran di media massa.

Dia juga kini menjabat Katua Harian Persatuan Artis Film Indonesia (PArFI) Cabang Sulsel, dan Ketua Badan Koordinasi Kesenian Indonesia (BKKI) Sulawesi Selatan.

Karya buku yang sudah terbit antara lain:Siluet Cinta (puisi) yang merupakan episode kedua yang didiskusikan ini, ‘Kota Kekasih’ (puisi), ‘Bulan di Atas Bara’ (novel), ‘Antara Bumi dan Langit’ (Novel), ‘Menanti Musim Berganti’ (Novel), ‘Buku 42 Kritik Film (Kritik Film), “Arsitektur Tradisional Sulsel, Pusaka Warisan Budaya Indonesia”, Mengolah Limbah Domestik dengan Filter Biogeokimia”, dan ikut dalam ontologi ‘Ombak Makassar’, “Sastra Kepulauan”, ‘Pintu yang Bertemu”,” Baruga”,” Mimpi Kesepi Puisi dan Nyanyian Tiga Pengembara”. (*).

Baca juga :  Kapolda Sulsel Tinjau Pembangunan Mapolres Toraja Utara di Panga' 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Primkoppol Resor Soppeng Gelar RAT Tahun Buku 2024

PEDOMANRAKYAT,SOPPENG – Primair Koperasi Kepolisian (Primkoppol) Resor Soppeng menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2024 di Aula...

Mengedukasi Siswa, Satlantas Polres Soppeng Goes To School

PEDOMANRAKYAT ,SOPPENG - Dalam upaya mengedukasi Siswa (wi) tentang pengetahuan tertib berlalulintas di jalan raya,Satuan Lalu Lintas (Satlantas)Polres...

Konsul RI Tawau Terima Kunjungan Tim Misi Diplomasi Sepak Bola dari Kalimantan Utara

PEDOMANRAKYAT, TAWAU - Pekan lalu, Jumat 31 Januari 2025, Konsul RI Tawau, Aris Heru Utomo, menyambut kedatangan tim...

Yusup Rombe Serahkan Bantuan Kemanusiaan Korban Tanah Longsor di Toraja Utara

PEDOMANRAKYAT, TORAJA UTARA, - Ikatan Keluarga Toraja Mimika (IKTM) Kabupaten Mimika bersama rombongan berikan bantuan kemanusiaan kepada warga...