“Hanya mereka yang pemberani yang mau dan bersedia menjadi pemimpin di Turatea untuk memperbaiki semua kekurangan dan keterbelakangan tersebut. Sebab kalo bukan alasan itu, lalu alasan apa, apa niat mereka hingga mau jadi bupati di Jeneponto?,” tanya Pembina Yayasan Kampus INTI Anwar Rivai.
Berikut wawancara Ardhy Basir selengkapnya.
Pilkada Jeneponto sudah selesai. Bupati terpilih pun sudah ditetapkan. Bagaimana Anda melihatnya?
Pertama, secara khusus saya mengucapkan selamat kepada bupati terpilih Jeneponto Paris Yasir. Kedua, banyak sejarah yang bisa kita catat di pilkada kali ini. Paris adalah putra Bangkala pertama yang berhasil menjadi Bupati Jeneponto. Ketiga, banyak tantangan yang Paris harus hadapi saat bertugas. Apapun itu, saya melihat empat paslon di pilkada Jeneponto adalah putra-putra terbaik Jeneponto. Mereka pemberani, mau mengambil risiko untuk ikut bertarung dan ‘bertaruh’ untuk memperbaiki nasib ribuan masyarakat Jeneponto.
Bagaimana penjelasan Anda tentang pemberani?
Jeneponto tidak sedang baik-baik saja. Harus kita akui secara jujur, terbuka, selama puluhan tahun tidak ada perkembangan dan kemajuan di Jeneponto yang signifikan. Gelap dimana-mana saat malam, infrastruktur terutama jalanan rusak nyaris di semua desa, stunting memprihatinkan, korupsi menjadi-jadi, kemiskinan apa lagi… ingat Jeneponto masih daerah termiskin di Sulsel, tata kelola pemerintahan makin tidak beres, kebersihan makin jauh, lingkungan banyak yang rusak… Tentu saja semua ini harus dibenahi secara serius. Hanya mereka yang pemberani yang mau dan bersedia menjadi pemimpin di Turatea untuk memperbaiki semua kekurangan dan keterbelakangan tersebut. Sebab kalo bukan alasan itu, lalu alasan apa? Apa niat mereka hingga mau jadi bupati di Jeneponto?
Lalu bagaimana dengan tantangan yang Paris harus hadapi?
Pilkada barusan berkontribusi pada dua hal. Pertama, masyarakat Jeneponto terkotak-kotak, lalu terbelah menjadi dua kubu besar yang saling bergesekan. Kedua, terjadi investasi pengetahuan politik yang meningkat pada masyarakat, setidaknya kesadaran memilih pemimpin makin kritis dan cermat. Tantangan utama yang Paris harus hadapi adalah menyatukan kembali masyarakat yang terbelah itu. Lakukan rekonsiliasi. Itu dulu! Untuk memajukan Jeneponto, stabilitas adalah hal yang mutlak. Bersatu dan damai adalah modal dasar untuk pemerintahan bisa bekerja dengan baik.
Lalu bagaimana pendapat Anda tentang insiden Paris yang mengamuk di jalan?
Yang mana? Oo yang di Bangkala? Itu ujian pertama Paris. Seharusnya hal itu tidak perlu terjadi jika Paris lebih bisa menahan diri. Jangan terpancing. Setelah pelantikan, saat iringan kendaraan Paris ke Jeneponto momen ini harusnya dimanfaatkan baik untuk rekonsiliasi, bersatu kembali, apalagi masih Ramadan. Paris sudah harus melepaskan segala atribut berbau kampanye, tidak ada lagi dua, dia sudah milik dan untuk masyarakat Jeneponto.