Hari ketika kesedihan anak-anak yang ditinggal orang tua dibasuh oleh uluran tangan masyarakat.
Di Makassar, kegiatan ini terhubung langsung secara daring dengan pusat di Kementerian Agama RI.
Dari layar ke layar, dari satu ruang ke ruang lain, ribuan anak disapa dengan pesan yang sama yaitu, kalian tak sendiri.
Di tengah acara, dilakukan pula penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Agama dan Bank Indonesia, serta peluncuran program Jejak Kebaikan Zakat dan Wakaf, sebuah inisiatif menuju sistem perlindungan sosial yang lebih inklusif dan adaptif.
Program ini diselaraskan dengan visi pembangunan nasional jangka menengah 2025–2029, menunjukkan agenda keagamaan tidak berdiri sendiri, tapi terintegrasi dalam peta besar pembangunan bangsa.
Namun, di balik segala angka dan agenda, yang paling menyentuh adalah wajah-wajah kecil yang tersenyum malu-malu saat menerima bingkisan.
Di sana, kebaikan tidak ditulis dalam laporan tahunan, tapi terpancar dari binar mata mereka.
“Saya senang sekali,” kata Nisa, seorang anak yatim penerima bantuan. “Saya mau sekolah tinggi biar bisa bantu orang lain juga.”
Ali Yafid menutup acara dengan harapan yang lebih menyerupai amanat, “Semoga semangat berbagi dan peduli ini terus tumbuh dan mengakar dalam jiwa kita semua. Agar keadilan sosial bukan sekadar utopia, tetapi benar-benar hadir dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.”
Tak ada yang lebih damai dari sebuah Muharram yang diisi dengan pelukan kemanusiaan.
Maka dari Makassar, suara itu mengalir, kebaikan tak pernah salah alamat, H. Ali Yafid, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel, menandaskan. (Hdr)