Melampaui Keterbatasan: Strategi Menuju LAN Masa Depan
Untuk merespons tantangan besar yang dihadapi birokrasi ke depan, LAN perlu melakukan transformasi strategis dan mendalam agar mampu melampaui keterbatasan saat ini dan tampil sebagai pemimpin perubahan.
Pertama, LAN harus berevolusi menjadi lembaga riset dan inovasi kebijakan SDM ASN yang unggul. Tidak cukup hanya menyelenggarakan pelatihan teknis, LAN perlu memperkuat fungsi riset berbasis data dan teknologi, seperti big data analytics, artificial intelligence, dan pemetaan tren global guna merumuskan strategi pengembangan kompetensi ASN yang visioner dan berbasis bukti.
Kedua, LAN perlu merancang kurikulum pembelajaran yang modular, fleksibel, dan kontekstual. Pola pelatihan satu ukuran untuk semua tidak lagi relevan; yang dibutuhkan adalah sistem micro-credential dan sertifikasi digital yang memungkinkan ASN membangun jalur belajar sesuai kebutuhan peran dan tantangan di lapangan.
Ketiga, LAN harus memposisikan diri sebagai National Center of Excellence di bidang-bidang strategis seperti kepemimpinan transformasional, pelayanan publik berbasis digital, dan manajemen reformasi birokrasi. Hal ini menuntut LAN membangun jejaring kolaboratif yang kuat dengan perguruan tinggi, mitra internasional, dan sektor swasta untuk memastikan pembelajaran selalu terkini dan aplikatif.
Keempat, pengembangan ekosistem pembelajaran berbasis teknologi menjadi keharusan. LAN perlu mengintegrasikan platform pembelajaran nasional yang kuratif, interaktif, dan adaptif seperti Learning Experience Platform berbasis AI yang mampu memberikan rekomendasi konten secara personal sesuai profil, kebutuhan, dan potensi ASN.
Kelima, LAN harus melampaui peran tradisional sebagai penyedia pelatihan dan mengambil posisi sebagai katalisator inovasi birokrasi. Ini bisa diwujudkan melalui program-program seperti GovTech bootcamp, policy innovation lab, hingga kompetisi solusi digital ASN yang mendorong terciptanya budaya inovatif dan agile dalam birokrasi.
Dengan pendekatan ini, LAN tidak hanya menjawab tantangan masa depan, tetapi juga menjadi motor penggerak transformasi ASN yang berdampak nyata.
Momentum Regenerasi dan Digital Leadership
Sebagai institusi yang bertanggung jawab atas pelatihan kepemimpinan nasional, LAN memiliki peran strategis dalam membentuk sosok pemimpin digital di lingkungan pemerintahan. Tantangan ke depan tidak lagi cukup dijawab dengan mencetak pejabat yang sekadar patuh terhadap prosedur, melainkan membutuhkan pemimpin visioner yang mampu mengantisipasi perubahan, membaca arah zaman, dan menciptakan terobosan kebijakan yang relevan.
Untuk itu, digital mindset dan adaptive leadership harus menjadi pondasi utama dalam setiap level pelatihan kepemimpinan yang dikembangkan LAN bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai inti dari transformasi kepemimpinan birokrasi masa depan.
LAN tidak dapat bergerak sendiri dalam menghadapi kompleksitas tantangan pengembangan ASN ke depan. Diperlukan orkestrasi kolaboratif lintas institusi untuk membangun ekosistem pengembangan talenta birokrasi yang terpadu dan berkelanjutan.
Kementerian PAN-RB sebagai perumus kebijakan, BKN sebagai pengelola manajemen ASN, Kementerian Keuangan sebagai pengatur anggaran, BPSDM daerah sebagai pelaksana di tingkat lokal, hingga perguruan tinggi dan penyedia teknologi swasta harus terlibat aktif dalam satu irama transformasi.
Dalam ekosistem ini, LAN harus mengambil peran sebagai dirigen, pemimpin orkestrasi yang mengarahkan visi, menyinergikan inisiatif, dan memastikan seluruh komponen bergerak harmonis menuju peningkatan kompetensi ASN yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing.
Mimpi Besar untuk ASN Unggul 2045
Seperti dikemukakan oleh Bintoro Tjokroamidjojo (2006), pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial berencana, karena meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Pada 2045, Indonesia akan memasuki usia emas kemerdekaan. Untuk menjadi negara maju, tidak cukup hanya dengan infrastruktur dan investasi. Kita memerlukan SDM ASN yang unggul, lincah, dan mampu menghadirkan layanan publik yang adaptif dan inovatif.
Dalam konteks ini, birokrasi bukan sekadar instrumen administratif, melainkan aktor strategis dalam mengorkestrasi perubahan sosial. Maka, Lembaga Administrasi Negara (LAN) tidak lagi cukup diposisikan sebagai lembaga pelatihan teknokratik, tetapi harus mengambil peran sebagai knowledge institution, pengarah, pengembang, sekaligus penjaga kualitas transformasi birokrasi Indonesia.
Di usianya yang ke-68, dengan memperkuat kapasitas kelembagaan dan memperjelas orientasi pada hasil, LAN dituntut untuk memberikan premium service yakni layanan yang bersifat transformatif, kontekstual, dan berdampak langsung pada para pemangku kepentingan.
Dirgahayu LAN ke-68 Teruslah menjadi inspirasi, penggerak, dan penjaga asa bagi terwujudnya ASN unggul Indonesia.
*) Marlina Masjidi, Analis Anggaran Ahli Pertama Politeknik STIA LAN Makassar