“Para penulis di sini telah menolehkan sejarah,” ujarnya pelan.
“Sejarah tidak hanya lahir dari peristiwa besar, tapi juga dari kisah-kisah kecil manusia yang menuliskan hidupnya.”
Dr. Dahlan kemudian membagikan kutipan reflektif dari dua tokoh dunia.
“Hidup adalah serangkaian pengalaman: setiap pengalaman membuat kita lebih besar, walaupun kita tidak menyadarinya,” – Henry Ford.
“Seni hidup adalah seni menggunakan pengalaman Anda sendiri dan pengalaman orang lain,” – Viscount Samuel.
Ia menutup ulasannya dengan kalimat penuh makna:
“Sepuluh orang di dalam Koordinat Rasa ini telah menunaikan pesan kedua sosok hebat tersebut.”
Acara yang dipandu dengan hangat oleh Dr. Filawati, S.Pd., M.Hum. berjalan cair dan penuh tawa kecil di antara refleksi mendalam. Di setiap sesi, para penulis berbagi kisah di balik tulisan — tentang kehilangan, perjumpaan, cinta, dan ketabahan.
Di penghujung acara, seorang penulis berbisik pelan, “Menulis itu seperti memeluk diri sendiri. Tapi hari ini, kami belajar bahwa lewat tulisan, kami juga sedang memeluk orang lain.”
Dan di situlah, Koordinat Rasa menemukan maknanya — bukan sekadar buku, melainkan ruang perjumpaan antara pengalaman, rasa, dan kemanusiaan yang abadi. ( ab )

                                    