Ketika Mentan Amran Membakar Semangat Ribuan Alumni ITS

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh Wakil Rektor IV ITS, Agus Muhammad Hatta

Seharusnya, siang itu, 9 November, Menteri Pertanian Dr. Andi Amran Sulaiman sudah di dalam pesawat. Kembali ke Jakarta. Tapi, beliau batal pulang. Rupanya, beliau “jatuh hati” pada ITS.

Kunjungan ini memang khusus. Beliau datang sebagai anggota terpilih untuk Majelis Wali Amanat (MWA) ITS periode 2026–2031. Dari unsur masyarakat. Ini seperti kunjungan ke “rumah baru”-nya.

Acara pertama, impulsif. Tanpa diagendakan. Beliau meninjau Taman Buah yang baru ditanami pagi itu. Lebih dari 2.000 pohon buah ditanam sivitas ITS.

Lanjut. Beliau mampir ke Galeri Riset Inovasi Teknologi (GRIT) ITS. Melihat “jagoan-jagoan” kampus. Ada jagung hibrida, olahan sorgum, sampai motor trail listrik. Siap untuk pertanian.

Selesai melihat, beliau langsung masuk acara kedua. Diskusi dengan para peneliti alat mesin pertanian. Beliau bawa tim lengkap. Staf khusus dan tenaga ahlinya.

Di forum itu, Rektor ITS Prof. Bambang Pramujati memaparkan potensi ITS untuk sektor pertanian.

Pak Menteri Amran mendengarkan. Selesai. Lalu, beliau langsung memberi tantangan.

“ITS harus bisa wujudkan mesin tanam otomatis,” ujarnya. “Juga traktor perahu dan sejenisnya.” Beliau menantang karena tahu ITS bisa.

Acara ketiga, diskusi dengan para guru besar ITS.

Pak Amran adalah sosok lengkap. Akademisi, pengusaha sukses, dan kini birokrat. Beliau “gemas” dengan kondisi para peneliti di kampus.

“Penyakit kita,” katanya, “berhenti di publikasi Scopus.”

Para peneliti dan dosen, kata beliau, tidak berani mengambil langkah komersialisasi. Takut. Dan seringkali, risetnya tidak ditekuni sampai tuntas. “Tuntas, unggul, dan bisa komersial!” tegasnya.

Beliau justru melempar ide radikal. “Konglomerat itu seharusnya lahir dari peneliti di kampus,” serunya.

Peneliti punya ide brilian. Tapi ada syaratnya. Ide itu harus “masuk ke ruang kosong”. Sesuatu yang belum banyak dipikirkan orang. Dan, tentu saja, merupakan kebutuhan masyarakat.

Baca juga :  Gelar Apel Kelistrikan Nasional, Dirut PLN Pastikan Keandalan Listrik dan Kecukupan Pasokan Selama Liburan Idul Fitri

Para peneliti juga jangan merasa jadi yang paling pintar. Perlu kolaborasi. Perlu keberanian.

Beliau mencontohkan dirinya. Ia butuh 13 tahun! Menekuni riset dan komersialisasi racun tikus. Mereknya: TIRAN. Singkatan dari: Tikus Diracun Amran.

Riset 13 tahun itu yang mengantarnya jadi pengusaha sukses. Bukan instan.

1
2TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Mentan Amran Copot Pejabat Eselon II dan III Karena Indisipliner, Ini Amanah Rakyat, Tidak Boleh Disalahgunakan

PEDOMANRAKYAT, SUBANG — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran) kembali menunjukkan ketegasannya dalam menegakkan disiplin aparatur di...

Menko Pangan: Selamat, Mentan Amran Berkinerja Terbaik Sesuai Indikator

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, memberikan apresiasi tinggi kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran...

Keluarga Korban Bantah Hubungan Keluarga dan Desak Polisi Tegakkan Keadilan dalam Kasus Penikaman di Tamalanrea

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Kasus penikaman yang menewaskan seorang sopir truk bernama MA (28) di Kecamatan Tamalanrea, Makassar, terus menuai sorotan. Pihak keluarga...

Tim Penilai Lomba Perpustakaan Desa Tinjau Perpustakaan Sumber Ilmu Margomulyo

PEDOMANRAKYAT, LUWU TIMUR - Perpustakaan Sumber Ilmu Desa Margomulyo, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, menjadi salah satu...