Oleh : Mahrus Andis, Budayawan dan Mubalig tinggal di Bulukumba
Puasa yang terbaik adalah puasa seekor ulat. Dalam proses alamiah, setiap kali ulat akan mengalami perubahan wujud maka didahului dengan berpuasa. Ulat melakukan semedi berhari-hari dalam sebutir kepompong, lalu pada momen tertentu, ulat berubah bentuk menjadi seekor kupu-kupu yang teramat cantik.
Kupu-kupu yang indah dengan kepak sayap yang lincah itu adalah produk metamorfosis dari kekuatan alam yang mengundang kenikmatan ruhaniah.
Seperti itulah analogi seorang muslim yang telah berhasil merevolusi diri secara total, yaitu; dari karakter menjijikkan (ulat) menuju kepribadian yang menarik (kupu-kupu).
Manusia yang berbudaya, lahir dari proses revolusi besar: Revolusi Hawanafsu. Puasa adalah medium mengolah bisikan syaitaniah menjadi seruan Ilahiah.