Oleh: Asnawin Aminuddin (Pemerhati Pendidikan)
Innalilahi wainna ilaihi rajiāun. Telah berpulang ke Rahmatullah, ayahanda kami, Dr H Sahban Liba, Sabtu, 01 September 2022, pada pukul 07.00 Wita, di Jalan Abdullah Daeng Sirua, No. 106, Makassar.
Kami memohonkan maaf Ayahanda kami kepada para tetua, keluarga, kerabat dan para sahabat apabila ada kesalahan yang pernah diperbuat oleh Ayahanda kami.
Semoga Allah SWT mengampuni seluruh dosa *Almarhum ayahanda kami*, dan semoga diterima seluruh amal ibadahnya dan dijadikan kuburnya sebagai taman surga.
Aamiin…Aamiin…Aamiin
Yaa Robbal āAlamin……
Demikian postingan Hernita Anindita Sahban di akun Facebook-nya, Sabtu, 01 Oktober 2022. Dr Hernita SE MM yang saat ini menjabat Ketua STIM Lasharan Jaya Makassar adalah anak pertama dari Dr Sahban Liba.
Sahban Liba adalah pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Lasharan Jaya Makassar. Sekolah tinggi ini awalnya bernama Akademi Manajemen Perdagangan (Amdag) dan didirikan tahun 1998.
Amdag kemudian ditingkatkan menjadi sekolah tinggi dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Lasharan Jaya disingkat STIM-Lash Jaya Makassar, pada Juli 2001.
Letkol Marinir (Purn) Dr H Sahban Liba meninggal dunia dalam usia 85 tahun. Ia lahir di Desa Kalosi, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, 18 Agustus 1937.
Setelah menamatkan Sekolah Dasar di Kalosi, Enrekang, Sahban hijrah ke Makassar dan melanjutkan sekolah di SMP Muallimin Muhammadiyah (Jl. Muhammadiyah) dan SMP Perindo (Jl. Lamadukkelleng).
Jiwa petualang dan keinginan yang kuat untuk sekolah kemudian mengantarnya berangkat ke Surabaya. Sahban berhasil lulus pada ujian persamaan Sekolah Guru Bawah (SGB) Surabaya dan kemudian lulus tes masuk Sekolah Guru Atas (SGA) Surabaya yang memberi beasiswa ikatan dinas.
Setelah tamat SGA dan sambil mengajar di beberapa sekolah, Sahban melanjutkan kuliah di IKIP Malang. Di sana ia bertemu dan bersahabat dengan Malik Fajar (yang belakangan menjadi Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Nasional). Mereka berdua aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain kuliah di IKIP Malang, Sahban juga kuliah di Universitas Merdeka Malang.
Sahban lalu ikut tes dan lulus masuk Angkatan Laut. Ia diterima di Marinir dan masuk anggota Korps Komando (KKO) Angkatan Laut. Sahban kemudian dikirim ke hutan di Jawa Timur selama dua setengah tahun untuk latihan perang khusus. Pimpinan KKO ketika itu adalah Mayor Pangalela yang belakangan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terbang.
Setelah keluar dari hutan, Sahban langsung mendapat pangkat Letnan (KKO) TNI AL. Beberapa tahun kemudian, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mencari beberapa orang dari kalangan tentara untuk membantunya di Pemda DKI Jakarta, terutama untuk menertibkan guru-guru nakal. Dari marinir diambil 20 orang dan salah satu di antaranya adalah Sahban Liba.