Oleh H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin
Kematian merupakan suatu keniscayaan dan setiap individu dari kita semua pasti akan kembali ke tanah asal, ketika malaikat maut menjemput kita. Namun rasa takut yang berlebihan bisa menjadi gangguan kecemasan.
Ada kisah menarik, mungkin saja bisa dijadikan pelajaran bagi mereka yang ingin memetik hikmah darinya, boleh saja ditolak bagi mereka yang tidak ingin menjadikan suatu kisah sebagai pelajaran.
Konon, ada seorang pemuda yang frustrasi menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Dia ingin bunuh diri. Saking inginnya sang pembunuh bunuh diri, di ambilnya seutas tali dan diikatkan di ranting sebuah pohon. Ketika sang pemuda merasa yakin, ini saatnya mati sambil melingkarkan tali ke leher yang sudah diikat di sebuah ranting pohon, tiba-tiba ranting tersebut patah dan sang pemuda terjatuh, ia gagal bunuh diri.
Merasa gagal dengan usaha pertama, sang pemuda mencoba usaha kedua. Kali ini, sang pemuda menunggu mobil lewat di sebuah tikungan curam, di bawahnya terbentang jurang dalam, pada suatu malam yang gelap gulita.
Dari kejauhan terdengar suara bis sedang melaju kencang, ketika bis tersebut sudah mendekat, sang pemuda melemparkan dirinya ke tengah jalan agar terlindas oleh bis tersebut. Niat untuk bunuh diri kedua kalinya gagal, bahkan bis yang melaju kencang terjatuh ke dalam jurang, dikarenakan sang sopir ingin menghindari pemuda tersebut. Sang pemuda selamat, sopir dan penumpang bis semuanya meninggal dunia.
Upaya ketiga dilakukan sang pemuda dengan mencari jurang lain. Dari jurang tersebut sang pemuda melompat sambil memejamkan mata. Begitu terbangun sang pemuda tersebut ternyata hanya terjatuh di atas sebidang kebun teh dan mengalami luka ringan. Sang pemuda diselamatkan oleh pemilik kebun teh yang juga seorang janda cantik.
Sang janda merawat pemuda tersebut, setelah sembuh sang pemuda menikahi sang janda yang memang masih muda, kaya, dan cantik.