“Di dunia ini? Banyak, termasuk Rasulullah Muhammad SAW yang sejak kecil telah menjadi yatim piatu. Kehidupan beliau sangat sederhana. Terkadang Rasulullah Muhammad SAW tidur beralaskan serabut pohon kurma yang keras, namun beliau adalah orang yang paling dicintai Allah SWT.”
“Waah…, nikmat betul ya Bang. Coba aku juga jadi nabi,” canda sang adik.
Sang Abang menjelaskan, di antara para nabi ada juga yang mendapat cobaan yang luar biasa. Nabi Ayyub AS. Awalnya, Ayyub adalah seorang yang memiliki harta yang banyak dan isteri cantik. Namun, karena ketaatannya kepada Allah SWT, iblis mencari cara untuk mempailitkan Nabi Ayyub AS.
Setelah Nabi Ayyub AS jatuh miskin dan diuji dengan penyakit lepra, ketaatannya bukannya berkurang, justeru ibadahnya makin taat kepada Allah SWT. Bahkan, ketika penyakitnya makin parah, isterinya pergi meninggalkan Nabi Ayyub AS dikarenakan penyakit yang diderita begitu lama. Akhirnya, iblis berputus asa dalam mengganggu Nabi Ayyub AS, hingga Nabi Ayyub AS memohon kepada Allah SWT agar penyakitnya disembuhkan. Tidak lama kemudian Nabi Ayyub AS sembuh dari penyakitnya dan keadaan makin membaik sebagaimana sebelum dirinya diganggu oleh iblis.
“Masya Allah, berat juga ujian para nabi ya Bang? Kalau begitu betapa beruntungnya diriku tidak menjadi nabi, canda si adik.
“Ya para nabi lebih beruntung daripada kita. Penderitaan yang mereka rasakan hanya di dunia ini saja, setelah di akhirat kedudukan mereka paling tinggi dan sudah pasti tidak perlu lagi mampir di neraka. Sedangkan, mungkin kita merasa nikmat hidup di dunia ini, namun kita belum mengetahui nasib kita di akhirat kelak apakah nantinya kita mampir di neraka atau tidak,” ungkap si Abang.
“Maksudnya bagaimana Bang?”, tanya sang adik penasaran.
“Bisa saja kita mampir di neraka bisa sehari, seminggu, sebulan, setahun atau lebih. Tergantung bagaimana amalan kita. Coba perhatikan, pernah-tidak, kita menzalimi, atau membohongi orang lain. Pernah-tidak, kita mengambil barang yang bukan milik kita. Atau bagaimana dengan ibadah yang kita laksanakan, masih ada-tidak yang bolong-bolong?” jelas sang Abang sambil mengakhiri dialog mereka. Allah A’lam. ***
Makassar, 13 Mei 2022