Semakin seseorang mempertahankan dan mengejar kesenangan melalui identitas sekunder, maka kekecewaan, dertita, serta perasaan kalah sudah mengadang di depannya. Tetapi, ketika seseorang terlibat dalam komunikasi dan interaksi sosial dengan semangat memberi, berbagai kasih, dan berpartisipasi, ia akan terhindar dari rasa kalah atau gagal.
Ini tidak berarti kita menjadi pasif, tetapi yang paling penting di sini ialah kemampuan kita membedakan antara penampilan yang bersifat praktikal dan rasional pada dimensi lahirnya dan keteguhan serta ketulusan hati pada dimensi batinnya.
Setelah seseorang berusaha mendapatkan pengetahuan tentang agama dan Tuhan, yang tak kalah pentingnya adalah how to Experience God, means to experience our perfection, to feel peace, happy and close to God. Secara teoritis, Islam amat kaya dengan dimensi mistik ini dan barangkali merupakan paket yang bisa disumbangkan kepada masyarakat modern.
Kita mungkin kaget melihat sikap sebagian kalangan Barat ketika dihadapkan pada pertanyaan untuk memilih agama yang ada, karena mereka akan menjawab, “Kami akan memilih mencari kedamaian dalam spiritalitas, tetapi bukan agama.” Allah A’lam. Terinspirasi dari tulisan Prof. Qomaruddin Hidayat. ***
Makassar, 31 Mei 2022
Masya Allah… Terima kasih ilmunya prof