Mencari Sosok Hoegeng di Kekinian (Refleksi Hari Bhayangkara ke-76)

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh M. Dahlan Abubakar
(Wartawan Senior-Tokoh Pers versi Dewan Pers)

SETIAP kita memperingati Hari Bhayangkara, maka yang ada di benak publik adalah munculnya seorang anggota Bhayangkara yang dekat dengan masyarakat dan humanis. Jika merujuk pada obsersi ini seperti didambakan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, maka kita akan teringat pada seorang sosok Jenderal (Purn) Polisi Hoegeng Iman Santoso. Kapolri kelima RI yang wafat pada 14 Juli 2004 ini. Dia memiliki integritas dan karakter yang teguh untuk menjaga muruwah Polri dan Indonesia. Ia dikenal jujur, teguh dalam prinsip dan sederhana.

Integritas dan sifat mengabdi kepada rakyat ini pernah dipuji dengan gaya guyon oleh presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (yang akrab disapa Gus Dur) : "hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia : polisi tidur, patung polisi, dan polisi Hoegeng".

Di tengah kita merindukan seorang Hoegeng Imam Santoso, Selasa, 22 November 2016, detik.com menurunkan berita dengan judul, "Bripka Winardi, Polisi Teladan yang Sukses Ajak Pejudi Tinggalkan Dunia Hitam". Tulisan ini kemudian dimuat kompas.com 22 Juni 2021 menjelang Hari Bhayangkara ke-75 dengan judul “Bripka Winardi Teladan Polisi Humanis”.

Winardi yang bertugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban masyarakat (Bhanbinkamtibmas) Polsek Bantul ini sangat dekat dengan masyarakat. Dia sosok yang mengabdi pada masyarakat dan peka dengan kondisi masyarakat, tempat dia ditugaskan. Ia berhasil menyadarkan Supriyadi, seorang pejudi dan pemabuk, ke jalan yang benar dengan pendekatan humanis.

"Biasanya kan orang mengentaskan pelaku pelanggaran hukum dengan jalur hukum. Tapi saya dengan jalur kemanusiaan," tandas Winardi seperti ditulis kompas.com.

Winardi tidak langsung mengajak Supriyadi berhenti berjudi dan mabuk-mabukan meskipun itu merupakan pelanggaran hukum dan merusak citra dirinya. Dia mendatangi rumah Supriyadi guna mengajaknya berbincang-bincang sambil sesekali makan bersama. Ternyata dari interaksi seperti inilah membuat Supriyadi tobat dari perbuatan berjudi dan mabuk-mabukan.

Baca juga :  OPD Tak Hadir, RDP Apdesi Bone Ditunda

Sir Robert Mark, pria kelahiran Manchester, Inggris Raya 13 Maret 2017, dan pernah menjabat Komisioner Polisi Metropolitan (1972-1977) pernah mengatakan, di era modern senjata polisi bukan lagi ‘water canon’, gas air mata atau pun peluru karet, melainkan simpati dari masyarakat.

“Terciptanya simpati masyarakat ini hanya bisa diraih dari keberadaan polisi yang humanis di berbagai lini kehidupan sosial masyarakat,” kata Sir Robert Mark yang meninggal dunia dalam usia 93 tahun dan pernah memperoleh penghargaan 'Queens Police Medal' tersebut.

Hanya saja di lapangan, polisi juga dihadapkan pada buah simalakamma. Dalam bertugas mengatur situasi dan kondisi, semisal menangani unjuk rasa, mereka selalu menjadi objek anarkisme para pengunjuk rasa. Terkadang pengunjuk rasa sudah mempersiapkan alat perang : seperti batu, bahkan anak panah dan busur untuk menghadapi polisi. Ironisnya, pengunjuk rasa yang anarkis seperti ini bukan anak-anak kemarin.

Dalam banyak tulisan di media daring, di Jepang, polisi benar-benar dianggap sebagai sahabat sejati masyarakat. Sikap-sikap humanis yang diterapkan jajaran kepolisian membuat masyarakat cenderung mematuhi perintah seorang anggota polisi. Akibatnya, bagi masyarakat Jepang ditangkap oleh polisi adalah pengalaman yang memalukan. Jarang sekali dari mereka yang tertangkap oleh polisi benar-benar dihukum. Sebab, polisi Jepang lebih bersikap sebagai juru rawat yang senantiasa mengayomi dan membimbing masyarakatnya.

Polisi Jepang sendiri kerap melakukan kunjungan rutin ke rumah-rumah masyarakat yang berada di wilayah binaannya. Selain bersilaturahim, para polisi itu juga menanyakan aktivitas pemilik rumah yang dikunjunginya. Interaksi yang humanis inilah yang menanamkan nilai-nilai persahabatan antara masyarakat dan polisi.

Hadirnya polisi sipil yang humanis memang merupakan tuntutan zaman, jika aparat kepolisian tidak mau tertinggal dan tergilas zaman. Sebab polisi sipil yang humanis adalah salah satu dari cita-cita paradigma baru Polri. Sampai hari ini, masyarakat masih menunggu.

Baca juga :  Hadiri Peringatan 110 Tahun IMT, Pangdam XIV/Hsn : Kegiatan Ini Jadikan Momentum Meningkatkan Imtaq dan Toleransi Beragama

Di Indonesia, menemukan seorang polisi yang jauh lebih banyak lagi seperti si Winardi di Polsek Bantul itu memerlukan waktu. Juga diperlukan keuletan dari pimpinan Polri untuk selalu memberi contoh dan teladan akan pentingnya polisi humanis tersebut. Para pimpinan di institusi ini perlu lebih banyak contoh, perkataan yang sesuai perbuatan.

Obsesi Listyo Sigit Prabowo yang dilantik sebagai Kapolri 27 Januari 2019 menggantikan Jenderal Polisi Idham Azis memang memerlukan waktu. Bukan hanya itu, secara internal Kapolri direpoti oleh anak buahnya yang terkadang berbuat yang kurang pantas hingga menimbulkan kesalahpahaman antarkesatuan.

Contoh yang paling anyar adalah terjadinya kesalahpahaman antara anggota Polda Metro Jaya dengan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspamres). Kejadian ini membuat Kapolres Metro Jakarta Barat (Jakbar), Kombes Pol Ady Wibowo, akhirnya menemui Komandan Paspampres (Danpaspampres), Mayjen TNI Agus Subiyanto untuk meminta maaf secara langsung. Permintaan maaf itu disampaikan sebagai buntut kesalahpahaman yang terjadi antara anggotanya dengan anggota Paspampres, Praka Izroi.

Kapolres mengakui ada perilaku anggotanya yang kurang pantas saat melaksanakan penyekatan terkait penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Anggotanya yang dinilai kurang pantas itu diperiksa oleh Propam.

Sikap seperti ini kerapkali terjadi di lapangan. Biasanya pelakunya adalah aparat-aparat berusia muda yang masih gampang terbawa emosi. Jika sudah begitu, biasanya komandan masing-masing yang akan jadi “pemadam kebakaran”.

Jika terhadap sesama aparat biasanya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Berbeda jika tindakan aparat terhadap masyarakat sipil yang kadang di luar batas. Misalnya kekerasan terhadap wartawan atau masyarakat umum. Tindakan seperti itu biasanya jarang sekali mendapat penyelesaikan yang melegakan bagi korban.

Institusi kepolisian sendiri sebenarnya tidak menghendaki ada anggotanya yang arogan. Bahkan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sejak dilantik mencanangkan program Presisi atau Prediktif, Responsibilitas dan Transparansi Berkeadilan merupakan program yang digaungkan Kapolri.

Baca juga :  SMAN 1 Sinjai Mulai Terapkan Kurikulum Merdeka

“Sejak dulu Polri berusaha mengembangkan paradigma baru yang berorientasi kepada pemecahan masalah-masalah masyarakat (problem solver oriented), dengan berbasis pada potensi-potensi sumber daya lokal dan kedekatan dengan masyarakat yang lebih manusiawi (humanistic approach),” ujar Listyo Sigit Prabowo masih menurut Kompas.com.

Begitulah pada setiap Hari Bhayangkara kita selalu mengingat Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso, mengimpikan polisi yang dekat dengan rakyat dan humanis, dan entah polisi jenis apalagi yang enak didengar. Polisi sejatinya harus dicintai dan disayangi rakyat, karena mereka dari, oleh, dan untuk rakyat. Polisi seperti terjepit pada fenomena realitas sosial kemasyarakatan kita. Kerap tidak disukai jika dianggap berbuat kurang pantas. Namun dirindukan saat sangat dibutuhkan. Ya, dibenci dan dirindukan.

Selamat Hari Bhayangkara ke-76. Salam sehat selalu Wassalam !. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Manunggal , Desa ke-50 di Luwu Timur Bentuk PTBM

PEDOMANRAKYAT, LUWU TIMUR - Desa Manunggal di Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, resmi membentuk Lembaga...

YADEA Merdeka Sale! Motor Listrik Retro Bisa Dibawa Pulang Hanya Rp80 Ribu

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Dalam semangat memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, YADEA, produsen motor dan sepeda listrik kelas...

Jadi Tuan Rumah, Wabup sinjai Bakar Semangat Pemain

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Tim sepakbola Kabupaten Sinjai yang akan berlaga dalam kualifikasi Pra Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XVIII...

Tanaman Produktif Dirusak, Hukum Dibiarkan Layu

PEDOMANRAKYAT, GOWA — Sudah delapan bulan berlalu sejak Nurhayati Dg Kamma melaporkan penebangan sepihak pohon sukun miliknya di...