Muslim di India minoritas, tetapi dalam hal makan mereka tidak merasa kurang. Orang Hindu Buddha justru masih banyak yang miskin. Orang Islam minumnya susu, makannya kari-gulai dan daging sapi. Orang muslim makannya begitu saja. Dari rumah ke rumah muslim sama. Kalah dengan di Indonesia Orang India memberikan kandang dan yang ternak sapi orang muslim. Satu kelompok sapi diambil seekor sampai dua ekor.
Pernah sekali waktu Indar lagi salat di salah satu masjid di India, tiba-tiba datang orang Hindu gedar-gedor. Indar pikir ada kerusuhan apa. Takmir masjid pun keluar dan ikut berlari ke pasar mengikuti si Hindu tadi. Ternyata sapi sedang mengobrak-abrik dagangan orang pasar. Begitu datang takmir, sapinya lari semua.
“Kalau sapi makan itu, remuk-remuk begitu sampai berantakan dagangan orang. Yang dimakan sayuran, buncis, kol, wortel, tomat, dan sawi,. Itu yang dihajar,” cerita Indar sambil tertawa,
“Wow…, makanannya bergizi semua,” penulis menimpali pada wawancara yang sudah menghabiskan 3 jam 24 menit 29 detik.
Setelah diusir, sapi-sapi itu lari. Akhirnya dibersihkan lagi oleh orang Hindu. Akibatnya, habis salat orang Islam menjaga di pasar. Sapinya kan berkelompok dan bergerombol. Kalau sapi yang bergerombol ini menyerbu pasar, habis dagangan penjual di pasar. Belum lagi kalau ‘teman-teman’ ini naik ke toko, kaca-kaca bisa pecah.
“Enak waktu di India itu. Makan daging dan minum susu sapi setiap hari,” ujar Indar Bahadi dalam wawancara yang menghabiskan waktu 3 jam 25 menit 27 detik tersebut.
Pada tanggal 12 Agustus 2022 penulis kembali ke Makassar dari Bima menggunakan KM Tilongkabila. Usai salat Jumat di musala kapal, Capt Indar Bahadi menggaet penulis menuju salon dek 5, tempat dia biasa makan dan minum kopi dan sebagainya. Di tempat ini ternyata sudah ada Pudji Asmoro, teman Capt Indar bersama Kepala Cabang Pelni Bima Putra Kencana. Perbincangan santai berlanjut hangat.
Selama pelayaran antara Bima-Labuan Bajo-Makassar, penulis selalu bertemu dengan Capt Indar Bahadi usai salat di Musala Al Muhaimin KM Tilongkabila. Ketika kapal sandar di Pelabuhan Makassar pukul 18.00 Wita, 13 Agustus 2022, penulis memutuskan menuntaskan salat magrib di musala kapal. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Nakhoda KM Tilongkabila yang telah memfasilitasi dalam pelayaran kembali ke Makassar.
“Capt, terima kasih atas layanannya selama di kapal. Selamat berlayar,” ucap penulis yang segera disambut Capt Indar Bahadi memegang tangan dengan penuh kehangatan. (Habis)