Sebagai putera Turatea, Maysir mengajak diri untuk berani menghadapi kenyataan.
“Kita harus berani melihat kenyataan bahwa sudah dua dekade lebih Jeneponto menyandang predikat kabupaten termiskin di Sulsel. Kita harus jujur dan berani akui bahwa para bupati telah gagal, termasuk bupati Jeneponto sekarang. Jangan lagi berdalih, ini kenyataan. Masyarakat Jeneponto harus berani sadar bahwa suara dan kepercayaan mereka disalahgunakan.”
Lama berkecimpung di dunia jurnalis (pernah bergelut sebagai pemimpin redaksi di beberapa media cetak dan online), Maysir Yulanwar kini aktif bergiat di dunia kepenulisan, seni dan pendidikan.
Dalam diskusi santai di café lantai 2 itu, Maysir memberikan sedikit ‘bocoran’ perihal langkah taktis selanjutnya.
“Setelah meramaikan Makassar, saya bersama tim inti akan ke Jeneponto. Akan ada kejutan yang sifatnya edukasi. Bismillah, mohon doanya.”
Pencinta kopi pahit ini mengaku prihatin pada negerinya Jeneponto.
“Definisi kejahatan menurut saya bertambah. Pemimpin yang memperkaya diri di tengah masyarakatnya yang miskin, itu kejahatan sesungguhnya,” kata Ketua Yayasan Institut Turatea Indonesia (INTI) Jeneponto ini serius.
“Saya sangat prihatin, tapi saya percaya saya tidak sendiri. Ini harus diakhiri,” pungkasnya. [Ardhy M. Basir]