Oleh : Nasaruddin Siradz (Pemerhati Sosial Kemasyarakatan, Tinggal di Jakarta)
SEJARAH kereta api di Indonesia telah dimulai sejak 17 Juni 1864 dengan pencangkulan lahan pertama untuk pembangunan rel kereta api dari Semarang ke Solo dan Jogyakarta bertempat di Desa Kemijen, Semarang Timur, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J. Baron Sloet Van de Beele. Dapat dikatakan bahwa sejarah pembangunan kereta api di Indonesia merupakan nomor 2 (dua) di Asia, setelah India.
Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda telah mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah (Staatssporwegen Maatschappij) sepanjang 4.089 km dan swasta (antara lain Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij) sepanjang 3.375 km.
Sementara pembangunan kereta api berkecepatan tinggi di Indonesia dimulai sejak pengumuman Pemerintah pada bulan Juli 2015. Ketika itu Pemerintah memberikan kesempatan kepada Jepang dan Tiongkok untuk ikut-serta dalam “beauty contest” kereta cepat Jakarta Bandung.
Pada akhir September 2015 Pemerintah kemudian memutuskan untuk memberikan proyek kereta api cepat kepada Tongkok, mengalahkan Jepang. Dengan pertimbangan bahwa tawaran Tiongkok untuk membangun jalur kereta cepat tidak memerlukan jaminan dan pembiayaan dari Pemerintah Indonesia (APBN).
Peletakan batu pertama pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dilakukan Presiden Joko Widodo tanggal 21 Januari 2016 bertempat di kebun teh Mandalasari, Maswati, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sejak itu Proyek KCJB ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional Pemerintah melalui Perpres Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
Setelah tujuh tahun lebih proses pembangunannya, KCJB kini terus melakukan uji-coba “trial run” jelang diresmikan tanggal 18 Agustus 2023. Saat uji-coba dalam kondisi hujan deras mengguyur sebagian wilayah Jakarta pada bulan juni lalu, KCJB mampu meluncur dengan kecepatan 300 Km/jam.
Gerbong KCJB didesain khas Indonesia dengan eksterior menyerupai Komodo dan interior dihiasi Batik Mega Mendung khas Jawa Barat, sehingga kereta ini diberikan julukan “Red Komodo” atau Komodo merah. Dengan kemampuan operasional 350 km/jam, perjalanan Jakarta – Bandung dapat ditempuh hanya dengan 36 menit dalam sekali jalan atau total 46 menit bila KCJB berhenti di setiap stasiun (Tegalluar, Walini dan Karawang).
Sepanjang trase proyek KCJB yang menghubungkan ibu kota Jakarta dengan ibu kota provinsi Jawa Barat, terdapat empat stasiun pemberhentian, yakni : Halim, Karawang, Walini, serta Tegalluar. Kereta akan melaju dalam jarak 142,3 km dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya. Pada setiap stasiun pemberhentian akan terintegrasi dengan moda transportasi publik di setiap wilayah.
Pada 26 Maret 2021 Pemerintah membentuk Tim Percepatan Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta Bandung, yang tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-100/MBU/03/2021. Tim tersebut antara lain bertugas mengintensifkan Pembangunan secara masif untuk mengejar target operasional yang telah ditetapkan pada akhir tahun 2022.
Dari total panjang trase kereta cepat, lebih dari 80 km diantaranya memiliki struktur elevated, sedangkan sisanya berupa 13 tunnel dan subgrade. Beberapa fasilitas sementara seperti Batching Plant dan Casting Yard dibangun di beberapa titik kritis untuk mendukung percepatan proses pembangunan.
Dilansir dari laman resmi KCIC, Kereta cepat Jakarta Bandung menggunakan generasi terbaru CR400AF, merupakan hasil pengembangan tipe CRH380A yang diproduksi oleh CRRC Qingdao Sifang Co. Ltd, asal Tiongkok.
KCJB akan memiliki 11 trainset termasuk diantaranya 2 (dua) trainset sebagai kereta cadangan dan pengganti. KCJB juga memiliki delapan gerbong kereta, yang memiliki komposisi empat gerbong bermotor dan empat gerbong tanpa motor. Dengan delapan gerbong tersebut, KCJB mampu mengangkut sekira 601 penumpang sekali perjalanan.
Kehadiran KCJB membuat warga Bandung yang bekerja di Jakarta akan dapat sampai ke tempat kerjanya hanya dalam bilangan waktu kurang dari 1 (satu) jam. Begitu pula sebaliknya, penumpang dari Jakarta dapat sampai di Bandung dalam bilangan waktu kurang dari 1 jam.
Diharapkan dengan KCJB akan mengubah gaya hidup dan lingkaran perjalanan Masyarakat pada kedua kota tersebut.
Sebagaimana di Tiongkok — tempat asal produksi KCJB — hingga akhir tahun 2022 Tiomhkok telah memiliki jalur kereta cepat yang beroperasi aktif sepanjang 42.000 Km, ini merupakan pengoperasian jalur kereta terpanjang di dunia. Sementara panjang jalur kereta cepat yang telah beroperasi regular di Tiongkok dengan kecepatan 350 Km/jam telah mencapai hampir 3200 kilometer.