“Kenapa justru mengirim surat kepada pemohon mendorong untuk melakukan pengukuran ulang oleh petugas BPN Pangkep,” beber A Pangkep.
Lanjut A Pangerang, bahkan, ada ancaman dan intimidasi kepada permohon akan ditutup sepihak jika tidak setuju untuk diukur ulang.
Kesal Andi Pangerang pada oknum pejabat BPN Pangkep, yaitu dengan tindakan intimidasi tersebut. Menurutnya itu tindakan terkesan arogan itu bukti upaya untuk menutupi kesalahan yang dilakukan petugas ukur, yang sebenarnya adalah tanggung jawab BPN Pangkep.
“Oleh karena itu, dengan intimidasi oknum pejabat BPN Pangkep ini dinilai tidak pantas dan sangat disayangkan,” sebut Pangerang lagi.
Andi Pangerang menambahkan, solusi yang seharusnya musti dilakukan BPN Pangkep, adalah memanggil atau menyurati oknum petugas ukur Ade Restu, secara resmi.
Langkah itu akan menunjukkan niat baik dan mencerminkan pelayanan publik yang tanggung jawab dalam mengatasi masalah ini. Tapi kenyataannya, BPN Pangkep malah mengirim surat kepada pemohon yang tidak relevan dengan perannya.
Dalam upaya mendapatkan klarifikasi
Media ini telah mencoba menghubungi Kepala Kantor BPN Pangkep melalui aplikasi telekomunikasi miliknya, dalam artian konfirmasi untuk lebih jelasnya terkait hal ini, namun hanya mendapat balasan melalui aplikasi chatt miliknya yang kurang jelas.
“Ada di file di kantor dan akan dikirimkan (mungkin yang diimaksud konsep klarifikasi), namun hingga saat berita ini tayang, belum ada klarifikasi yang jelas dari pihak BPN Pangkep,” tegas A Pangerang.
Untuk menindak lanjuti hal ini, masyarakat khusunya pihak pemohon berharap pada Kanwil Pertanahan Provinsi Sulawesi Selatan untuk dapat melakukan menindaklanjuti hal ini sebagi bahan evaluasi sebagai fungsi pengawasan, pungkas A Pangerang.(Hdr)