Oleh : Musdah Mulia
Gerakan Taliban adalah gerakan nasionalis Islam Sunni pendukung etnis Pashtun yang secara efektif menguasai hampir seluruh wilayah Afghanistan sejak 1996 sampai 2001. Gerakan ini terutama berasal dari orang-orang etnis Pashtun, Provinsi Perbatasan Barat Laut di Pakistan, dan selanjutnya menarik minat banyak sukarelawan dari Arab, Eurasia, serta Asia Selatan.
Taliban di Afghanistan dipimpin oleh Mullah Omar, seorang mullah desa yang belajar di madrasah di Pakistan. Dia kehilangan mata kanannya saat berperang melawan pasukan Uni Soviet ada 1980-an. Kelompok ini berdiri pada September 1994 dan awalnya mendapat dukungan Amerika Serikat dan Pakistan. Meski Pakistan berkali-kali membantah sebagai arsitek berdirinya gerakan Taliban, faktanya banyak warga Afghanistan yang bergabung dengan Taliban mendapat pendidikan di madrasah-madrasah Pakistan. Pakistan juga merupakan satu dari tiga negara—bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab—yang mengakui Taliban ketika mereka berkuasa di Afghanistan.
Pada 1996 Taliban menguasai ibukota Kabul dengan menyingkirkan Presiden Burhanuddin Rabbani dan Menteri Pertahanan Ahmed Shah Masood. Tiga tahun kemudian mereka sudah menguasai hampir 90% dari seluruh wilayah Afghanistan.
Mengapa mayoritas umat Islam di dunia tidak menyetujui Taliban? Sebab, Taliban mengukuhkan tindakan kekerasan yang tidak manusiawi dan bertentangan dengan ajaran Islam yang lembut dan sejuk. Taliban juga mengukuhkan interpretasi keislaman yang tidak kompatibel dengan nilai-nilai kemanusiaan universal dan mendukung pelaksanaan hukum Islam tradisional, seperti eksekusi rajam di depan umum untuk kasus pembunuhan dan perzinaan serta potong tangan bagi para pencuri. Perempuan diharuskan menggunakan burqa, sedangkan para lelaki harus memakai baju panjang dan memelihara janggut. Taliban melarang televisi, musik, dan bioskop, serta melarang anak-anak perempuan berusia 10 tahun ke atas mengikuti pendidikan di sekolah.
Dewan Keamanan PBB mengecam Taliban karena kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga negara Iran dan Afghanistan. Pemerintahan Taliban akhirnya digulingkan oleh AS karena dituduh melindungi pemimpin Al-Qaeda, Osama Bin Laden yang juga ditengarai berada di belakang serangan terhadap menara kembar WTC, New York, 11 September 2001. Pada 7 Oktober 2001 pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat menyerang Afghanistan dan dalam waktu sepekan saja rezim Taliban jatuh. Namun, Mullah Omar dan sejumlah pemimpin senior Taliban serta para pemimpin Al-Qaida selamat dari serangan itu dan lari bersembunyi. Walau terus diburu oleh pasukan koalisi, Mullah Omar dan sebagian besar rekannya masih belum berhasil ditangkap.
Meski Amerika Serikat berhasil menginvasi Afghanistan pada Oktober 2001 dan menggulingkan pemerintah Taliban, mereka tidak melemah. Bahkan, mereka melakukan perang gerilya melawan pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat. Kini kelompok Taliban tersingkir dalam politik. Namun, mereka masih melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa. Konflik bersenjata terus berkecamuk di negeri itu hingga kehadiran saya dalam kegiatan pelatihan di Kabul pada 2012.
Pada 2019 delegasi Taliban beranggotakan delapan orang yang dipimpin Mullah Abdul Ghani Baradar datang ke Indonesia bertemu pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Saya berharap kedatangan mereka dapat mengambil pelajaran dari masyarakat Islam Indonesia tentang pentingnya demokrasi, pluralisme, dan kerukunan beragama meskipun implementasinya masih jauh dari harapan.
Empat miliar dolar Amerika Serikat dikucurkan buat memperbaiki situasi kaum perempuan di Afghanistan sejak 2001.
Organisasi nirlaba Oxfam mencatat setidaknya empat juta bocah perempuan duduk di bangku sekolah. Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan, khususnya bagi anak-anak perempuan. Namun, tekanan sosial terhadap kaum perempuan tidak banyak berubah.
Setelah 20 tahun, Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk menarik seluruh pasukannya dari Afganistan, dan tanpa dukungan tersebut dalam waktu singkat tentara Taliban pun meraih kemenangan telak. Pada 15 Agustus 2021, Kabul berhasil dikuasai kembali oleh Taliban yang sekaligus menandai jatuhnya pemerintahan Presiden Asraf Gani. Beberapa hari kemudian, pada 19 Agustus, Taliban resmi mendeklarasikan negara baru bernama Islamic Emirate of Afganistan.
Sejak kembali berkuasa, pemerintah Taliban telah mengeluarkan aturan yang mendiskriminasi perempuan, antara lain adalah larangan perempuan bersekolah setelah tingkat dasar dan mewajibkan pemakaian burqa. Bahkan di 2022, pemerintah Taliban resmi melarang perempuan untuk menempuh pendidikan di universitas. Kini Afganistan mengalami krisis kemanusiaan dan ekonomi yang sangat parah, sedangkan kondisi perempuan dan anak perempuan semakin tertindas.
Sungguh nyeri hati saya setiap mengingat saudari-saudari perempuan di Afganistan. Semoga umat Islam Indonesia tidak akan pernah menjadi Taliban. Jangan pernah! (Bersambung).