PEDOMAN RAKYAT- BONTO SUNGGU. Partisipasi politik dibangun dan diuji oleh kesadaran bersama, dimana warga di kesehariannya merekam situasi dan kondisi daerah dimana mereka berada dan dibentuk.
Masyarakat Jeneponto sudah mulai merasa jenuh dan jengah (malu) dengan ketertinggalan daerahnya akibat mental korupsi pejabat pemerintahannya selama ini. Kemiskinan dan ketertinggalan sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Sebagai agen perubahan, para pemilih pemula dan muda sudah harus tampil melakukan peran penting.
Mengambil porsi 40% dari 295.617 total jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT), bakal calon bupati Jeneponto Maysir Yulanwar sadar betul potensi kekuatan Generasi Z dan Milineal di pilkada 2024. Olehnya, penguatan di basis pemilih pemula dan mula terus dimantapkan dengan melakukan pertemuan dan diskusi rutin.
Bertempat di kediaman Pembina Yayasan Kampus INTI di Bontotangnga, Minggu (18/05/2024), Maysir Yulanwar bersama beberapa utusan mahasiswa dari berbagai desa/kelurahan melakukan diskusi ringan perihal keluhan masyarakat yang paling terasa di daerah masing-masing. Penguatan tim di media sosial dan pembentukan posko pun lebih dimatangkan lagi.
”Pemilih pemula dan muda adalah pemilih yang rasional. Mereka cermat menentukan pilihan dengan cara menelisik rekam jejak dan misi para bakal calon bupati. Bukan sekadar karena hubungan kekerabatan dan popularitas saja, bukan pula karena iming-iming, apalagi karena imbalan dalam bentuk uang atau materi,” ungkap Maysir di sela diskusinya.
Mereka memang baru di pilkada 2024, tapi bukan berarti mereka sama sekali tidak memiliki pengalaman politik sebelumnya. Mereka umumnya memiliki sikap politik terhadap seseorang dengan pertimbangan harapan yang besar namun lebih kritis.
“Selain rasional, pemilih muda lebih kritis. Jangan salah, mereka punya sikap politik yang jelas,” imbuh Maysir Yulanwar yang juga Ketua Yayasan Kampus INTI Jeneponto. [ab]