Lahan Contoh Penghijauan di Kecamatan Parado Bima (3) : Bisa Jadi Pelajaran Hidup Bagi Warga

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Catatan M.Dahlan Abubakar

Mobil tentara yang membawa kami menuju lahan percontohan terus melaju tanpa memedulikan kondisi jalan yang buruk dan mendaki dan menurun mengikuti kontur lahan. Sekali waktu mencoba mengabadikan suasana lahan, dampaknya saya terpelanting dan nyaris tiarap di lantai mobil. Untung satu tangan masih ngotot memegang erat tiang penyanggah terpal sebelah kiri.

Setelah meluncur sekitar 3km dalam waktu sekitar 30 menit, kami tiba di tujuan. Suasananya begitu adem. Hutan kemiri, durian, rambutan, dan pinang yang ditanam beberapa tahun lalu sudah menghasilkan. Kemiri sedang berbuah. Durian pun berbunga, sementara pinang pun berbuah. Pinang malah memberikan profit ganda. Selain buahnya, pelepahnya bernilai uang.

Pelepah buah pinang digunakan sebagai pembungkus ikan tengiri atau tongkol saat dipanggang di perapian. Hanga per lembar Rp 1.000. Di kedai kecil penjual aneka sayur, ikan, dan pisang goreng di depan rumah orang tua saya, pada malam hari dua-tiga gulungan pelepah buah pinang tampak di situ. Barang jualan ini menunggu bus pengangkut ke Tente yang datang menjemput pemilik kedai setiap pukul 04.00 subuh. Pukul 09.00 Wita bus kecil itu sudah tiba kembali di desa Kanca dengan penumpang langganan tetapnya.

Selain itu ada juga kopi. Menurut Abdillah M.Saleh pada setiap lokasi ditanam tujuh jenis tanaman, selain kemiri, durian, kopi, rambutan, juga ditanam tanaman tumpang sari seperti ubi kayu, jagung, dan tanaman jangka pendek lainnya.

Sejauh mata memandang dari pondok tempat kami mencicipi santapan siang yang enak hasil racikan perempuan-perempuan desa, hanya tampak pohon yang sudah tumbuh tinggi hingga ke punggung lereng gunung. Yang saya bayangkan kelak, saat jalan sudah agak mulus dan dapat dilalui kendaraan, lokasi Mada Nangga ini akan menjadi objek wisata buah durian yang memesona.

Orang-orang dari luar yang mengetahui informasi melalui komunikasi media sosial saat ini akan banjir ke sini. Pernahkah kita bayangkan ini semua ? Suatu kedahsyatan Mada Nangga akan menjadi ikon model penanaman kembali hutan gundul yang sukses.

Abdillah menambahkan, di bagian atas lahan Mada Nangga yang menjadi lokasi percontohan, terdapat mata air yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk satu rukun tetangga (RT) dan juga untuk kepentingan pertanaman di lokasi percontohan. Dia sudah menyampaikan kepada pihak terkait dan dijanjikan jarak sumber mata air itu yang sekitar 3 km akan dihubungkan dengan pipa. Dengan adanya sumber air ini akan terbuka usaha-usaha baru seperti pemeliharaan ikan lele memanfaatkan terpal sebagai kolam, peternakan kambing, ayam, dan bebek. Kotoran ternak ini bisa menjadi pakan ikan lele dan juga pupuk.

Baca juga :  Operasi Ketupat 2025 : Polda Sulsel Kerahkan 2.454 Personel

“Ini bisa menjadi pelajaran hidup bagi masyarakat lokal. Kita sangat mengharapkan keterlibatan pihak Kapolsek, Dan Ramil, Camat, Kehutanan, dan pihak terkait lainnya,” harap Abdillah, sosok guru yang lebih memilih menjadi penilik ini dan memutuskan tidak menerima sertifikasi demi mengabdikan diri sebagai pejuang lingkungan hidup di Kecamatan Parado.

Pada areal seluas 300 ha ini melibatkan sekitar 188 orang anggota yang dibagi ke dalam tiga kelompok tani hutan (KTH). Kelompok Mada Singgi dipimpin Sukardin, M.Saleh (Sekretaris), dan Nasaruddin (Bendahara) dengan anggota 34 orang. Kelompok Mada Nangga diketuai Junaidin Ibrahim, Muhammad Jafar (Sekretaris), dan Hasan (Bendahara) dengan anggota 54 orang.

Kelompak So Rade Inanane dipimpin Bambang dengan Sekretaris Muhammad Wildan dan Bendahara Syaiful, beranggotakan 100 orang. Pengurus dan anggota KTH ini ditetapkan berdasarkan surat keputusan yang ditandatangani Camat Parado Hamzah S.Sos masing-masing pada tanggal 17, 18, dan 19 September 2018.

Junaidin Ibrahim menjelaskan, komoditas di Mada Nangga seperti durian yang ada di lokasi pengelolaannya sudah tiga tahun berbuah. Pada musim buah yang lalu, menghasilkan 300 buah. Harga per buah Rp 50.000 tergantung besar kecilnya buah durian,
Sedangkan dari 100 pohon kemiri yang tumbuh, 95 pohon sudah berbuah.

Suherman, Kepala Resor Kehutanan Parado menyebutkan, orang yang tak paham matematika saja mengerti jumlah keuntungan yang diperoleh petani kemiri ini. Satu pohon bisa menghasilkan sedikitnya 50 kg, dikalikan jumlah pohon yang berproduksi (95 pohon) total 4.750 kg. Harga kemiri bulat per November 2024 Rp 72.000/kg. Jika dikalikan jumlah perkiraan produksi dengan harga yang berlaku, maka petani akan meraup rupiah 342 juta/tahun.

Komoditas kemiri (aleurites maluccana) memiliki banyak manfaat. Dikutip dari laman www.alodokter.com, kemiri dapat dimanfaatkan untuk bumbu makanan dan kesehatan. Secara rinci manfaat kemiri dapat menyuburkan rambut, mencegah keriput, mencegah infeksi, mengatasi sembelit, menjaga kadar kolesterol, menurunkan risiko terjadinya hipertensi, mengurangi risiko penyakit jantung/stroke, menjaga kesehatan tubuh secara umum, sebagai zat pewarna dan juga sebagai pupuk. Di dalam 100 gram kemiri terdapat 680 kalori.

Baca juga :  Bantuan Kemanusiaan Pemkot Makassar Tiba di Luwu

“Hasil diperoleh dengan prinsip pasif. Artinya, petani hanya memungut biji kemiri, tanpa mengeluarkan biaya pupuk, biaya tenaga kerja. Sangat berbeda dengan petani jagung yang semua komponen produksinya memerlukan dana,” kata Abdillah M.Saleh.
Junaidin Ibrahim (59), Ketua Kelompok Tani Mada Nangga mengakui, penghutanan kembali lahan gundul ini selain sudah tampak hijau dan memberikan hasil, juga oksigen yang hutan ini sudah tersedia lagi secara normal.

“Ekosistem hutan ini sudah kembali. Ini tidak lepas dari keterlibatan aparat TNI-Polri, Kehutanan, dan Tim Penanggulangan, Reboisasi. Saya terharu, bapak-bapak bisa langsung berkunjung ke Mada Nangga ini. Hanya satu usul saya, jalan ke lokasi percontohan ini kiranya perlu mendapat perhatian pemerintah,” ujar Junaidin berusaha menyembunyikan rasa harunya.

Jalan menuju ke lokasi lahan percontohan ini hanya berkisar 2 atau 3 km. Saat ini kondisinya terbatas dapat dilintasi kendaraan roda dua dan roda empat dengan fasilitas “4wheel drive’ dan berbodi tinggi.
Junaidin menyebutkan, dengan kondisi jalan seperti saat ini, saat pengangkutan ke lokasi, bibit yang ada di polibag jatuh berantakan dan bercerai berai. Terpaksa diperlukan waktu 1-2 bulan untuk memperbaiki lagi kondisi bibit agar bisa hidup.

“Oleh sebab itu, kami mohon kepada pemerintah agar memperbaiki ruas jalan ini. Lahan percontohan ini 85% sudah memperlihatkan hasil. Lahan ini sudah ditanami dan berproduksi selama tiga tahun,” kata Junaidin.

Suherman, Kepala Resor Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Parado menyatakan syukur, karena pada titik (hutan) lain yang sudah terbuka (gundul), seharusnya dapat dikelola (dihijaukan) seperti ini. Hutan itu harus berbeda dengan lahan milik. Perbedaan yang paling mudah bagi kita orang awam adalah jangan nomor satukan tanaman pangan. Sebab, komoditas kita ini namanya hutan harus ada ciri hutannya. “Sekarang adalah eranya tanaman produktif. Di lokasi tiga kelompok ini, apa yang diharapkan itu sangat luar biasa. Tanaman ini kalau sudah berproduksi bisa diurus sendiri,” ujar Suherman.

Baca juga :  Jaga Kamtibmas Tetap Kondusif, Polsek Soeta Rutin Lakukan Pengamanan Kapal

Seperti diakui ketua kelompok, kata Suherman, dari tahun ke tahun produksinya terus meningkat. Misalnya dari 50 biji satu pohon, tahun berikutnya naik terus. Sehingga, nilai ekonominya pun akan semakin bertambah. Berbeda dengan tanaman pangan. Banyak maaf, berbeda. Biaya produksi tiap tahun naik, harga pupuk dan obat naik, biaya tenaga kerja naik, tetapi tetapi harga tanaman pangan statis, Bahkan turun. Pada satu sisi, kekuatan fisik kita sebagai pengelola, petani, kalau sudah berumur tidak maksimal lagi. Ada ‘aus’-nya. Kita tidak bisa melawan kodrat dan usia.

“Jadi harapannya, tidak ada kata terlambat bagi kita bahwa berbuat baik itu minimal, tidak bisa dinikmati oleh orang lain, tetapi paling tidak makhluk hidup yang ada di sekitar areal ini nyaman dan ‘mendoakan’ kita. Andaikan makhluk di sini rusak, dia akan datang ‘menjajah’ dan mendatangi kita di kampung karena alam dan habitatnya sudah dijajah manusia. Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti monyet yang hidupnya di hutan, akan datang ke dapur kita mencari makan,” ujar Suherman.

Suherman mengajak warga untuk memulai dan penanaman kembali hutan seperti di kawasan Mada Nangga, Mada Singgi, dan So Rade Inanane yang merupakan contoh nyata bahwa apa yang kita gaungkan selama ini bukan sekadar mimpi. Ini adalah mimpi yang sudah diwujudkan oleh tiga kelompok ini dengan areal seluas 300ha. Pada titik-titik lain, meskipun berbeda komoditas yang ditanam, juga sudah banyak yang seperti ini. Termasuk di Kanca, di Rade Keu-1 dan Rade Keu-2, sudah mulai seperti ini juga. Tinggal kebaikan-kebaikan itu jadi contoh. Kita tidak usah berbicara tentang orang di luar Parado dan di luar Bima karena di sini (Parado) sendiri sudah berproduksi.

“Selama ini kita gaung-gaungkan untuk kebaikan masyarakat banyak sering dicemooh, namun itulah tantangan perjuangan. Yang penting, niat kita baik, kita wujudkan apa yang dapat dilakukan, kita kerjakan. Satu dua pohon yang ditanam hari ini, suatu saat nanti akan ada manfaatnya,” kunci Suherman. (Bersambung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Pesantren Persulukan Thariqat Naqsyabandiyah Jabal Qubis Sembelih 144 Ekor Hewan Qurban, Jamaah Perwakilan Pinrang Sumbang 1 Ekor

PEDOMANRAKYAT, PINRANG - Jama'ah Pesantren Persulukan Thariqat Naqsyabandiyah Jabal Qubis, perwakilan Cabang Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan kembali menyumbangkan...

Peringati Idul Adha, Kejari Minahasa Sembelih 2 Ekor Sapi untuk Pegawai, THL dan Warga

PEDOMANRAKYAT, TONDANO - Dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, Kejaksaan Negeri (Kejari) Minahasa menggelar penyembelihan...

Semangat Berkurban di Rawamangun, 45 Hewan Disembelih di Masjid Baitul Ma’Shum

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA — Momen Idul Adha 1446 H diwarnai dengan antusiasme luar biasa dari warga Rawamangun, Jakarta Timur....

Zulkifli Gani Ottoh: Calon Ketua PWI Kab/Kota Sebaiknya Berpengalaman  dalam Mengurus Organisasi

PEDOMAN RAKYAT, MAKASSAR.- Ketua Bidang Organisasi PWI Pusat, masa bakti 2018-2023, Zulkifli Gani Ottoh (Zugito) menyarankan, alangkah baiknya...