Oleh : Djohermansyah Djohan (Guru Besar IPDN, Pendiri i-Otda)
DEMOKRASI banyak disoal belakangan ini. Gara-gara ulah penguasa yang tak berbudi, tak pandai berterima kasih alias tak tahu diuntung.
Demokrasi yang telah menolong mengantarkannya ke kursi kekuasaan hendak diperkosanya.
Aturan konstitusi yang membatasi kekuasaan mau dicampakkan.
Suara-suara kritis masyarakat madani dibungkam baik secara koersif ataupun persuasif.
Lawan politiknya yang diperlukan sebagai kompetitor dibikin lumpuh, susah atau malah sekalian dijinakkan.
Cabang kekuasaan legislatif diorder bikin aturan sesuai pesanan.
Jika biasanya bikin undang-undang bisa bertahun-tahun, kini hanya bilangan hari.
Bahkan, dengan kecanggihan operator politiknya, lembaga pengadilanpun tidak berani buat putusan yang berseberangan dengan kemauan kekuasaan.
Para kepala desa yang tak boleh diseret-seret ke ranah politikpun dikumpulkan untuk mendukung libido perpanjangan kekuasaan.
Banyak lagi tindakan tak berakhlak mulia yang dilakukan rezim diseantero dunia, dulu maupun kini. Misalnya, Presiden Filipina Ferdinand Marcos, Presiden Peru Fujimori, dan Presiden Amerika Donald Trump.