Oleh : Yarifai Mappeaty
PANDANGAN yang menyebut bahwa IKA Unhas pasca Pak JK mesti dipimpin oleh sosok “gila” yang memiliki nama besar dan strong leadership, memang terkesan pragmatis, tetapi justeru sangat realistis. Jujur saja, penulis juga cenderung mendukung pandangan itu.
Itu sebabnya, ketika mendengar isu tak sedap itu berhembus pelan, penulis juga merasa terganggu. Karena itu, selama Mubes IKA Unhas berlangsung, penulis diam-diam melakukan penelusuran guna menemukan bukti. Jika terbukti benar, maka saya pastikan tidak seorangpun yang bisa menghalangiku untuk membongkarnya.
Penelusuran dimulai dari IKA FIKP di mana penulis bernaung, adalah IKA yang termasuk paling awal memberi surat dukungan kepada AAS, akronim Andi Amran Sulaiman. Penulis memang bukan anggota delegasi IKA FIKP, tetapi punya andil di dalam penentuan anggota delegasi. Itu yang membuat penulis dapat dengan mudah mengakses delegasi IKA FIKP.
Bahkan tidak hanya itu. Dari lima anggota delegasi, dua diantaranya dapat disebut sebagai mata dan telinga penulis. Sehingga apapun dinamika yang terjadi, baik yang kasat mata maupun yang remang-remang, pasti terpantau olehku. Termasuk, jika mereka menerima “sesuatu”, pasti saya bisa mengendusnya.
Selama Mubes berlangsung, tak sedetikpun saya berpisah dengan Sakkir Hanafi, Ketua IKA FKM. Selama itu pula, tak sekalipun saya mendapati ada upaya dari kubu AAS untuk memperoleh surat dukungan IKA FKM dengan cara seperti yang diisukan. Padahal, surat dukungan IKA FKM, begitu sangat diperlukan untuk mengunci kemenangan AAS lebih awal secara mutlak.
Apakah itu sudah cukup ? Belum. Tetapi saya masih punya cara lain. Pada umumnya orang yang memiliki ambisi, terkadang menggunakan cara-cara yang tidak sportif untuk mewujudkannya. Saya pun meletakkan AAS pada perspektif ini untuk mengujinya.