Kecukupan Gizi di Masa Pandemi

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Secara Nasional Konsumsi Kalori penduduk indonesia  2.143,21 kkal dan protein 62,28 gram,  perkapita sehari .  Peningkatan  kualitas sumber daya manusia, sangat erat kaitannya dengan asupan pangan baik kalori dan protein sebagai salah satu sumber utama gizi.

PedomanRakyat - Berdasarkan Study Status Gizi Indonesia  (SSGI)  yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan bekerja sama Badan Pusat Statistik (BPS), angka stunting secara nasional sebesar 24,4 persen tahun 2021. Angka tersebut mengalami penurunan 1,6 persen pertahun , dari 27,7 persen tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi dari kebijakan pemerintah mendorong percepatan penurunan stunting di Indonesia telah memberi hasil yang cukup baik. Meski Pandemi covid-19, masih melanda yang memberi dampak terhadap perekonomian, pendidikan dan kehidupan sosial masyarakat terlebih pada permasalahan kesehatan.

Masih segar dalam ingatan kita kasus yang pernah terjadi di salah satu Kabupaten di Provinsi Papua, mewabahnya  penyakit  Campak dan Gizi buruk,yang terjadi  pada tahun 2018, menyebabkan 61 orang meninggal, sangat mengejutkan pemerintah Pusat dan Daerah, Khususnya kementerian Kesehatan. Penyakit Campak dan Gizi buruk, timbul karena tidak  tercukupinya konsumsi karbohidrat, lemak, kalori dan protein bagi tubuh, serta adanya kebiasaan pola hidup masyarakat yang kurang peduli terhadap  kebersihan pribadi dan lingkungan. Campak dan gizi buruk kebanyakan di derita oleh bayi di bawah  lima tahun  atau Balita.

Peningkatkan kualitas sumber daya manusia, sangat erat kaitannya dengan asupan pangan baik kalori dan protein sebagai salah satu sumber utama gizi. Kalori merupakan satuan  energi yang di gunakan untuk mengukur nilai  konsumsi makanan dan  minuman yang di peroleh tubuh. Kualitas sumber daya manusia  erat kaitannya dengan asupan pangan yang di konsumsi  dalam  menentukan status gizi. Gizi merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan juga untuk memperbaiki jaringan tubuh.

Baca juga :  Apa yang Salah di SPMB Sulsel ???

Capaian status gizi yang  baik, diperlukan konsumsi pangan dalam jumlah cukup, bermutu dan beragam,  yang diperlukan oleh tubuh. Jumlah, mutu dan ragam pangan yang dikonsumsi masyarakat tergantung pada pendapatan, dalam menentukan daya beli masyarakat tersebut. Semakin tinggi daya beli masyarakat,  maka semakin tinggi pula peluang memilih pangan, baik dari sisi jumlah maupun jenisnya. (Mangkuprawira dalam Ariani,1993).

Dalam program pembangunan berkelanjutan yang diamanahkan PBB, dalam  (Sustainable Development Goals) SDGs,  ada dua indikator yang berkaitan dengan asupan gizi, pertama prevalensi kekurangan energi (Prevalence of Undernourishment), dimana penjaminan  kehidupan yang sehat, serta mendorong kesejahteraan bagi seluruh orang di segala usia. Kedua prevalensi penduduk dengan  kerawanan pangan atau berat, yang mengacu pada Skala Pengalaman Kerawanan Pangan, dengan mengakhiri kelaparan, meningkatkan gizi dan mendorong pertanian yang berkelanjutan. Sejalan dengan tujuan SDGs, pemerintah memperioritaskan pembangunan yang di tuangkan dalam program Nawacita, tentang peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakaat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Penentuan kecukupan konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia per kapita per hari menggunakan standar dari hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ke-11 tahun 2018. Angka Kecukupan Gizi (AKG), Yang Dianjurkan adalah 2.100 kkal dan 57 gram protein. Konsumsi kalori itu di dapatkan dari berbagai jenis makanan, baik yang di masak di dalam rumah, maupun konsumsi makanan dan minuman jadi.

BPS  menghitung konsumsi kalori dan protein melalui survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS), yang dihitung per semester (enam bulan) dengan kuintil pengeluaran. Kuintil pengeluaran merupakan pengelompokan pengeluaran ke dalam lima kelompok yang sama besar setelah diurutkan mulai pengeluaran yang terkecil hingga terbesar. Kuintil pengeluaran dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan atau tingkat pemerataan pendapatan/pengeluaran penduduk. Semakin tinggi kuintil pengeluaran semakin sejahtera penduduk tersebut atau konsumsi kalori dan protein besar juga, begitupun sebaliknya.  Dari data Susenas maret 2021, secara nasional konsumsi kalori  2.143,21 kkal dan protein 62,28 gram per kapita per hari, ini sudah berada diatas rata-rata konsumsi nasional 2.100 kkal dan 57 gram protein.  Apabila di lihat menurut daerah tempat tinggal, rata-rata konsumsi kalori perkotaan (urban) 2.133,69 kkal per kapita per hari, ini masih berada dibawah standar kecukupan konsumsi kalori nasional. Sedangkan perdesaan (rural) 2.155,73 kkal per kapita per hari, sudah melampaui standar kecukupan kalori nasional. Untuk konsumsi protein  daerah urban 64,01 gram dan rural 60,00 gram, konsumsi protein daerah rural masih tertinggal jauh dari daerah urban.

Baca juga :  Catatan dari Gustal (1) : Bernostalgia Sembari Berwisata Laut

Konsumsi Kalori di Sulawesi-Selatan rata-rata 2.144,64 kkal dan protein 63,24 gram perkapita sehari. Ini menunjukkan AKG, sudah melampaui standar  WNPG yang ditetapkan dan nasional. Untuk daerah urban konsumsi kalori 2.153,38 dan  66,05 protein, sedangkan daerah rural 2.133,52 dan 60,95 protein. Jika dibandingkan dengan maret 2020, mengalami peningkatan yang signifikan dari konsumsi kalori 2.093,31 dan 61,47 protein. Konsumsi kalori dan protein di area urban lebih besar, disebabkan berbagai faktor diantaranya, income yang tinggi mempengaruhi daya beli masyarakat, beragamnya makanan dan minuman yang tersedia dipasaran yang memiliki nilai gizi yang tinggi,  dan sumber bahan makanan dan minuman tersedia dari berbagai daerah.

Tingkat kecukupan konsumsi kalori (energi) dan protein, dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat, dan juga keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan, dan sosial ekonomi secara terintegrasi. Kualitas sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan asupan pangan baik kalori dan protein sebagai salah satu sumber utama gizi. Dengan adanya konsumsi makanan sesuai AKG, akan menciptakan penduduk yang berkualitas dan menumbuh kembangkan Sumber daya masyarakat yang  andal bagi kemajuan bangsa dan negara dimasa pandemi. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

100 Hari TSM-MO: Janji yang Terbungkus Hening

Oleh Ade Cahyadi (Alumni S2 Ilmu Tata Negara Universitas 45) Seratus hari pemerintahan seharusnya menjadi titik tolak, bukan titik...

Tangis Laut dan Hutan Raja Ampat : Hancur Perlahan, Diam Bersama

Tak ada sirene peringatan saat kehancuran datang. Di Raja Ampat, laut yang dulu biru bening kini menyimpan jejak...

Bagai Mencuri Ilmu di Imperium Yunani

Oleh: Ahmad Amanullah (Mahasiswa Politeknik Kesehatan) KETERTARIKAN  saya pada seni sastra membuat saya berjalan jauh menyusuri makna dan cara...

Rumah Diskusi itu Bernama KDB

Oleh: Nasrun Hamzah (Alumni Fakultas Hukum UNHAS, Ketua Kelompok Diskusi Bulukunyi, periode 1985-1986) Dekade 80an, ketika menjadi mahasiswa Fakultas...