Inklusivisme

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Prof H Hasaruddin Guru Besar Universitas Islam Negeri Alauddin MakassarDengan kata lain, ayat di atas mengingatkan akan kutukan kepada semua bentuk sektarianisme yang muncul akibat sikap tidak toleran manusia, klaim-klaim sebagai satu-satunya kelompok yang paling benar, tentang ajaran agama dan yang saling mengingkari. Oleh karena itu, al-Thabari menyatakan ayat tentang perpecahan ditunjukkan untuk umat Islam.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW disebutkan bahwasanya umat Islam akan terbagi menjadi 73 golongan. Semua golongan akan celaka, kecuali satu, yakni golongan Ahl al-Sunnah wa al Jama’ah.
Sebetulnya hadis ini masih ada yang mempersoalkan. Misalnya Imam al-Ghazali dalam kitabnya Fayshal al-Thariqoh bain al-Imam wa al-Zandaqah menyebutkan adanya versi lain hadis tersebut. Yaitu yang menyatakan bahwa semua golongan umat Islam yang 73 golongan itu akan selamat, kecuali satu golongan saja yang akan celaka.

Meskipun hadis kedua ini tidak sepopuler versi pertama, namun tentu cukup menarik. Kedua versi tersebut, sesungguhnya dapat dipahami tanpa kontradiksi. Apalagi disebutkan bahwa golongan yang selamat itu adalah golongan Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah.
Etos jama’ah yang dimaksud adalah sebagaimana yang dianut oleh Abd Allah ibn Umar, Umar ibn al-Aziz, dan Khalifah Harun al -Rasyd, yakni inklusivisme, yaitu semangat persatuan dan persaudaraan yang meliputi seluruh umat Islam.

Oleh karena itu, etos jama’ah berlawanan dengan eksklusivisme sektarianis, yang hanya mengakui golongannya sendiri paling benar dan lainnya salah. Eksklusivisme pasti membawa perpecahan.

Etos jama’ah itu sesungguhnya dasar Ukhuwah Islamiyah, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Hujurat/49:11, “Wahai sekalian orang beriman! Janganlah suatu golongan menghina golongan (lain), jangan-jangan mereka (yang dihina) itu lebih baik daripada mereka (yang menghina).

Terinspirasi oleh karya yang pernah ditulis oleh Allahummagfir lahu Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Allah A’lam. ***
Makassar, 16 Mei 2022

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Relativisme Dalam Beragama
Berita sebelumnya
Berita selanjutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Muharram, Awal Tahun Hijriyah Penuh Keberkahan, Dosen UNISAD : Ajak Umat Perbanyak Ibadah

PEDOMANRAKYAT, WAJO - Bulan Muharram menandai pergantian tahun dalam kalender Hijriyah. Sebagai salah satu dari empat bulan suci...

Hari Raya Idul Adha, Syamsul Bahri : Mengenang Pengorbanan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Sitti Hajar

PEDOMANRAKYAT, WAJO - Idul Adha adalah hari raya atau hari besar bagi umat Islam, hari raya Idul Adha...

Tujuh Golongan Manusia yang Mendapat Naungan di Padang Mahsyar

Oleh : Asnawin Aminudin (Komisi Kominfo MUI Sulsel / Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel) RASULULLAH sallallahu alaihi wasallam pernah ditanya, “Ya...

Selagi Masih Ada Waktu

Oleh : Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Seusai menunaikan ibadah salat, kita senantiasa beristigfar memohon ampun kepada Allah...