PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Ir. Respaty Namruddin, SKom, MT, didampingi istri tercinta, Evelin Rotinsulu, A.Md, secara simbolis menerima ijazah doktor pada Program Program Pascasarjana (PPs), Program Studi Pendidikan Vokasi Keteknikan (PVKT) Universitas Negeri Makassar (UNM), dengan predikat cumlaude, setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul ‘Model Entrepreneurial Skill pada Pembelajaran Programing Berbasis Projek Based Learning’, di Aula PPs Gedung AD lantai 5 UNM, Jl Bonto Langkasa, Selasa (19/03/2024) sore.
Sebelumnya, kegiatan sidang tersebut dipimpin Prof. Dr. Syukur Saud, MPd, dengan tim penguji yang terdiri dari
Prof. Dr. Syahrul, MPd selaku Promotor, Prof. Dr. Lu’mu, MPd selaku kopromotor, Prof. Dr. Hamsu Abdul Gani, MPd selaku Penguji Internal, Prof. Dr. Purnamawati, MPd selaku Penguji Internal, Dr. Mustari Lamada, MT selaku Penguji Internal, serta Prof. Dr. Ir. Syamsul Bahri, M.Si. selaku Penguji Eksternal
Kegiatan ini dihadiri Rektor beserta petinggi Universitas Handayani Makassar, keluarga, kerabat, dan mahasiswa PPs UNM .
Dalam pemaparannya, Respaty mengungkapkan efektivitas Model ESP-PjBL sebagai strategi pembelajaran inovatif yang memenuhi kebutuhan pendidikan modern, mengatasi keterbatasan metode pembelajaran tradisional, dan secara efektif mengintegrasikan keterampilan berwirausaha dalam kurikulum pemrograman.
“Ini memberi kontribusi penting terhadap literatur pendidikan tinggi, menawarkan wawasan dan praktek terbaik dalam mengembangkan keterampilan berwirausaha,” tegasnya.
Menurut Respaty, keterampilan kewirausahaan dan pemrograman memainkan peran kunci dalam pendidikan tinggi era digital, dimana inovasi teknologi mendominasi berbagai aspek kehidupan.
“Integrasi kedua keterampilan ini dalam kurikulum pendidikan tinggi dirancang untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi pasar kerja yang dinamis,” ucapnya seraya menambahkan, bahwa dengan penerapan PjBL akan meningkatkan kemampuan teknis dan keterampilan soft siswa seperti kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas, yang semuanya penting dalam dunia pemrograman.
“Meski demikian, masih terdapat tantangan dalam integrasi efektif keduanya ke dalam pendidikan pemrograman, termasuk kebutuhan untuk merombak paradigma pengembangan kurikulum dan metode pengajaran,” imbuhnya.
Di konteks pendidikan tinggi, integrasi model Entrepreneurial Skills Programming dalam pembelajaran pemrograman sangat mendesak untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi dinamika dan tantangan pasar kerja yang terus berubah.
Diungkapkan, keberhasilan model ESP-PjBL dengan berbagai pencapaian signifikan yakni (1) validasi model yang menunjukkan desain dan konten berkualitas tinggi (2) kepraktisan model dengan implementasi yang sukses, (3) peningkatan substansial dalam hasil belajar mahasiswa, (4) tingkat penerimaan yang tinggi dari mahasiswa dengan respons yang positif dan mampu meningkatkan motivasi berwirausaha.