Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Shandel pernah berkata, “Bahaya paling besar yang dihadapi umat manusia, bukanlah ledakan bom atom atau meletusnya gunung berapi, melainkan perubahan fitrah seseorang.”
Unsur kemanusiaan di dalam diri seseorang sedang mengalami kehancuran dengan sedemikian cepatnya sehingga terjadi ras yang non-manusiawi. Sebuah mesin berbentuk manusia yang bukan ciptaan Allah SWT.
Manusia menjadi hamba yang tidak melihat atau mengenal tuannya. Satu- satunya kebebasan yang dimilikinya adalah hak untuk berusaha semampunya menjadi hamba yang lebih berbakti.
Ia telah dijual, tetapi dia sendirilah yang harus membayar harganya. Bersama yang lain, dengan sabar ia berdiri di depan rumah perampok, menantikan dirinya untuk dirampok.
Manusia, bagaikan seorang hamba yang tak mampu memperbaiki nasibnya. Ia memperoleh segala sesuatu yang dikehendakinya dengan membayarkan segala sesuatu yang dimilikinya.
Ia hanya yakin kepada bisnis dan karena keyakinan itu, ia harus membayar dengan harga yang terlalu mahal untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Pola kehidupannya telah ditetapkan sebelum ia dilahirkan. Dengan demikian, kehidupannya lebih merupakan sebuah beban daripada kehidupan yang sesungguhnya.