Kepala BBGP itu menjelaskan juga bagaimana orang Bugis-Makassar berterima dengan cara yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Orang Bugis Makassar mewujudkan rasa terima kasihnya dengan sikap dan perbuatan.
“Orang Bugis-Makassar itu berterima dalam hati. Dia rela melakukan banyak hal untuk kebaikan orang yang telah berjasa kepadanya. Orang Bugis Makassar itu ikhlas mempertaruhkan darah dan nyawanya untuk membela mereka yang telah menanam jasa kepadanya,” katanya.
Di ruang kelas berbeda, Arman Agung berdialog dengan salah seorang calon guru penggerak dari SMPN 6 Bukit Harapan Bulukumba, Kindang, Bulukumba.
Dialog itu berlangsung, seusai Ayu Triana, nama guru tersebut, menjelaskan inovasi siswanya mendaur ulang sampah menjadi bajo bodo, busana khas perempuan Bugis – Makassar.
Ayu Triana memperlihatkan gambar baju bodo kreasi siswanya melalui ponsel kepada Arman Agung seraya menjelaskan proses pembuatannya dari mulai mengumpulkan kantong kresek dan merangkainya menjadi baju bodo.
Kreasi itu dilakukan Ayu Triana bersama murid-muridnya setelah mengikuti rangkaian lokakarya sebagai calon guru penggerak.
Di ruangan lain, seorang calon guru penggerak menyampaikan kiat memotivasi muridnya menjadi kreatif sebagai hasil pembelajarannya selama lokakarya. Guru itu mengajak siswanya menulis puisi. Hasilnya, banyak murid yang bisa langsung menulis puisi. Meski belum sesempurna dengan yang diharapkan.
“Pengalaman saya itu, membuktikan bahwa siswa mampu melakukan banyak hal untuk mengeksplorasi potensi dirinya jika dimotivasi dan diberi kebebasan berkreasi,” kata berusia muda itu.***